Senin, 04 April 2011


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Sigmund Freud (1856-1939) adalah bapak dari psikoanalisis dan selanjutnya pencipta teori kepribadian modern. Psikoanalisis mempunyai latar belakang ilmu kedokteran, sebab Freud adalah sendiri adalah doketer penyakit kejiwaan (sakit syaraf).semula ia belajar kepada Charcot (1894) dalam hal terapi penyakit histeri dengan metode hipnose. Kemudian tahun 1895 Freud bekerja sama dengan Breuer dari Wina, juga dalam penyakit histeri, tetapi tidak memakai metode hipose. Breuer mengajak pasiennya berbicara untuk mengungkapkan permasalahannya, dan ternyata berhasil lebih baik dari pada metode hipnose. Freud dan Breuer berhasil menulis buku tentang histeri. Freud menyetujui metode yang dipakai Breuer, ialah metode asosiasi bebas dalam mengungkapkan permasalahan subyek.
Selanjutnya Freud memisahkan diri karena memiliki perpedaan pendapat dengan Breuer. Freud mempunyai keyakinan baru, bahwa sebab yang sedalam-dalamnya dari pada penyakit syaraf adalah nafsu birahi atau dorongan seksual. Atas dasar pengalaman-pengalam terapeutik dengan metode yang baru tadi, maka Freud menyusun teori psikoanalisisnya.



B.     Rumusan Masalah
·         Bagaimanakah teori kepribadian menurut Freud?
·         Apa saja yang dibahas mengenai keribadian yang diungkapkan oleh Freud?
·         Bagaimanakah aplikasi/peran psikoanalisis dalam psikoterapi?






C.    Tujuan
·         Dapat mengetahui teori kepribadian menurut Freud.
·         Dapat menegtahui apa saja yang dibahas dalam teori kepribadian milik Freud.
·         Dapat mengetahui aplikasi/peran psikoanalisis dalam psikoterapi.



D.    Manfaat
Mahasiswa lebih dapat memahami dan mengerti tentang teori kepribadian milik Sigmund Freud meliputi struktur kepribadian, dinamika kepribadia, peran psikoanalisa dalam psikopatologi, prosesi psikoterapi, dsb yang memang harus diketahui oleh mahasiswa psikologi, serta dapat memahami setiap karakteristik dari setiap tahapan-tahapan maupun tingkatan-tingkatan kepribadian manusia.


















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Biografi  freud[1]:
1.      Nama lengkap       : Sigmund freud
2.      Lahir                      : Moravia, 6 mei 1856
3.      Wafat                    : London, 23 september 1939
4.      Asal keluarga        : Yahudi
5.      Isteri                      : Martha barneys
6.      Anak                     : 6 orang. Seorang putrinya, anna freud menjadi penganut freudinamisme.

7.      Pendidikan                        :
·         Universitas wina 1873-1881, spesialisasi dokter ahli syaraf dan penyakit jiwa (psikiatri)
·         Tahun 1894 freud belajar terapi histeri pada jean caharcot di paris. Tahun1895 ia kembali ke wina bekerja sama dengan dr. joseph breuer, dengan metode asosiasi bebas.
·         Tahun 1895 freud bersama breuer menulis tentang kasus-kasus histeri.
·         Tahun 1902 ia membentuk kelompok psikologi di wina.
·         Tahun 1908 freud diundang oleh george Stanley hall ke USA den member ceramah-ceramah pada pertemuan-pertemuan dies natalis universitas clark. Freud menjadi terkenal di seluruh dunia.
·         Tahun 1909 freud digabungi oleh adler dan jung.
·         Tahun 1923 freud kena penyakit kanker rahang dan pernah dioperasi sampai 30 kali.
·         Tahun 1928 Nazi berkuasa di Austria, freud menyingkir ke inggris dan mwninggal dunia di London 1939.

8.      Karya tulis : banyak menulis artikel dan buku dalam berbagai bidang ilmu. Antara lain :
·         Masalah psikoanalisis dan agama.
·         Masalah psikoanalisis dan humaniora, kesenian.
·         Masalah psikoanalisis dan masalah social.
·         Masalah psikoanalisis dan politik.
·         Teori psikoanalisis.

9.      Konsep-konsep atau teori-teori yang diketengahkan        :
·         Ketidak sadaran jiwa dan libido.
·         Struktur kepribadian.
·         Rasa cemas.
·         Mekanisme pertahanan jiwa.
·         Kompleks terdesak.oedipus dan Elektra.
·         Sublimasi.
·         Kateksis dan antikateksis.
·         Reduksi tegangan.
·         Identifikasi dan introyeksi.
·         Pengususl gairah seksual yang tertekan menjadi penyebab sakit jiwa.
·         Nafsu seksual sudah mulai masa masa kanak-kanak.
Konsep-konsepnya banyak yang bertentangan dan banyak menimbulkan perdebatan. Banyak tulisan dan konsepnya tetapi sukar untuk menentukan posisinya dalam sejarah. Tetapi freud termasuk pelopor dan penggali psikologi, terutama psikologi ketidak-sadaran dan psikodinamik. Maka freud termasuk pemikir besar yang mengenai tingkah laku manusia.
10.  Buku-bukunya :
·         Traumdeutung, The Interpretation of Dream, 1900.
·         The Psychopathology of Everyday Life, 1901.
·         General Introductory Lecture on Psychoanalysis, 1917.
·         New Introductory Lecture on Psychoanalysis, 1933.
·         Outline of Psychoanalysis, 1940.
·         Hamper seluruh karyanya dibukukan oleh Ernest Jones dengan judul The life and work of Sigmund freud : vol 1, 1953; vol2, 1955; vol 3, 1957.

B.     Sturktur kepribadian (Id, Ego, Super Ego)
Freud membagi sturktur kepribadian ke dalam tiga komponen[2], yaitu :
·         Das Es (the Id), yaitu aspek biologis.
·         Das Ich (the Ego), yaitu aspek psikologis.
·         Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.
Yang mana perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Kendatipun ketiga aspek tersebut mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya, sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, tingkah laku merupakan hasil dari ketiga aspek tersebut.

Id (Das es), aspek biologis kepribadian
Id adalah system kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego dan super ego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti instink, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Ia berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan system dari struktur kepribadian lainnya.[3]
Id merupakan komponen kepribadian yang primitive, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan super ego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan. Id merupakan sumber energy psikis. Maksudnya bahwa id itu merupakan sumber dari instink kehidupan (eros) atau dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, berstubuh dsb) dan instink kematian/intink agresif (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku. Prinsip kesenagan merujuk pada pencapaian kepuasan yang  segera dari dorongan-dorongan biologis tersebut. Id merupakan prose primer yang bersifat primitive, tidak logis, tidak rasional, dan orientasinya bersifat fantasi (maya).[4]

Ego (Das Ich), aspek psikologis kepribadian
Ego adalah bagian ‘eksekutif’ dari kepribadian. Ia berfungsi secara logis/rasional berdasarkan prinsip kenyataan (reality principle) dan proses sekunder yaitu suatu proses logis untuk melihat pada kenyataan (reality testing) dalam usahanya menemukan cara pemuasan dorongan Id secara realistis. Fungsi ego ini berguna untuk menyering dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.[5]

Super Ego (Das Uber Ich), aspek sosiologis kepribadian
Pendidikan oleh oran tua maupun masyarakat atau lembaga pendidikan formal pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya membantu individu mengembangkan sumber energy lain, yaitu super ego. Merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang dimasukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan.
Super ego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu super ego dapat dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian.[6]
Fungsinya yang pokok adalah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Pada bagian ini terdapat nilai-nilai moral, yang memberikan batasan baik dan buruk. Nilai-nilai yang terdapat dalam super ego mewakili nilai-nilai ideal. Olehkarena itu super ego selalu berorientasi pada kesempurnaan. Cita-cita dirinya pun diarahkan pada nilai-nilai ideal itu sehingga setiap orang memiliki suatu gambaran tentang dirinya yang paling ideal (ego ideal). Hadiah atau hukuman yang diterima sehubungan dengan nilai-nilai ideal itu akan membentuk dalam dirinya suara hati(conscience). Inilah yang menyebabkan seseorang bila melanggar nilai-nilai tersebut akan timbul rasa bersalah.
Bersama-sama dengan ego, super ego mengatur dan mengarahkan tingkah laku manusia yang bermaksud memuaskan dorongan-dorongan dari Id, yaitu mlalui aturan-aturan dalam masyarakat, agama, atau keyakinan-keyakinan tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk.

C.    Dinamika Kepribadian
Freud memandang organism manusia sebagai system energy yang kompleks. System energy ini berasal dari makanan yang dimakannya dan dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan, seperti :  peredaran darah, pernapasan, gerakan otot-otot, pengamatan, berpikir dan mengingat. Berdasarkan doktrin konvervasi energy, bahwa energy dapat berubah dari energy fisiologis ke energy psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat bahwa apabila energy itu digunakan dalam psikologis, seperti berpikir, maka energy itu merupakan energy psikis. Yang menjadi titik pertemuan atau jembatan antara energy jasmaniah dengan energy kepribadian adalah id dan instink-instinknya. Dengan demikian instink-instink ini meliputi seluruh energy yang digunakan oleh ketiga sturktur kepribadian (id, ego, super ego) untuk menjalankan fungsinya.
Freud berpendapat manusia sebagai system yang kompleks memakai energy untuk berbagai tujujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energy, yang disebutnya energy psikik (psychic energy) – enerji yang ditranform dari enerji fisik melalui id beserta instink-instinknya. Ini sesuai dengan kaidah fisika, bahwa energy tidak dapat hilang, tetapi dapat pindah dan berubah bentuk.
Dinamika kepriadian terkait dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energy psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan (anxiety). Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam membahas dinamika kepribadian ini pada paparan berikut diuraikan tentang instink, pendistribusi energy, dan kecemasan.

D.    Instink
Instink adalah perwujudan psikologis dari kebutuhan tubuh yang menuntut kepuasan.[7] Instink merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes). Freud mengatakan, bahwa insting adalah suatu ukuran tuntutan pada jiwa untuk berbuat atau bekerja. Semua instink bersama-sama membangun keseluruhan energy psikis yang tersedia bagi kepribadian.[8]
Dalam kenyataannya, instink hanya merefleksikan sumber-sumber kepuasan badaniah atau kebutuhan-kebutuhan (needs). Tujuan dari instink-instink adalah mereduksi tegangan (tension reduction) yang dialami sebagai suatu kesenangan.
Selain das es sebagai reservoir energy, das es juga berisi insting-insting. Dan instink itu dapat di ibaratkan sebagai dynamo yang memberikan daya atau tenaga, energy spikologis untuk melakukan bermacam-macam kegiatan kepribadian. Daya insting itupun berasal dari metabolism dalam tubuh manusia. Instink itu mempunyai 4 ciri khas, yaitu :
·         Sumber instink, yaitu suatu kondisi jasmani yang merasakan adanya suatu kekurangan, yang disebut kebutuhan.
·         Tujuan instink, adalah untuk menghilangkan rangsangan atau tegangan yang dirasakan oleh das es dan ego.
·         Objek instink, adalah benda, tindakan atau kondisi yang yang dapat memberikan kepuasan atau kenikmatan.
·         Imoetus instink, adalah daya atau tenaga ataupun kekuatan yang ditentukan oleh intensitas kebutuhan yang mendasarinya.

E.     Kecemasan
Kecemasan adalah variable penting dari hamper semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamikakepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Kecemasan dipandang sebagai komponen pokok dinamika kepribadian. Kecemassan ini mempunyai peranan sentarl dalam teori psikoanalisis. Kecemasan digunakan ego sebagai isyarat adanaya bahayayang mengancam.
Freud mengkalsifikasikan kecemasan ke dalam tiga tipe, yaitu sebagai berikut.[9]
·         Kecemasan realistis.
·         Kecemasan neuritik.
·         Kecemasan moral atau rasa bersalah.
Tipe pokoknya adalah kecemasan realistis. Atau rasa takut pada bahaya-bahaya nyata dari dunia luar. Dan kecemasan lainnya berasal dari kecemasan realistis.
Kecemasan neuritik adalah rasa takut jangan-jangan instink akan lepas kendali dan menyebabkan sang pribadi bebrbuat sesuatu yang berakibat ia dihukum. Kecemasan bukanlah ketakutan pada instink-instink itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika terjadi jika suatu instink dipuaskan.
Pada kecemasan moral terjadi karena rasa takut kepada suara hati. Pada orang yang super egonya berkembang baik, akan cenderung merasa bersalah jika mereka melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral dengan mana ia dibesarkan. Mereka disebut mendengarkan bisikan suara hatinya, bisikan hati nuraninya. Kecemasan moral jga mempunyai dasar realitas.

F.     Mekanisme pertahanan (defense mechanism)
Fungsi utama psikodinamik kecemasan adalah membantu individu menolak impuls instingtif yang tidak dikehendaki masuk kesadaran, dan memberi kepuasan kepada impuls itu secara tidak langsung.
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus yaitu tidak di sadari dan menolak, memalsukan atau mendistorsi (mengubah kenyataan). Mekanisme pertahanan ini juga dapat diartikan sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan, seperti cemas dan perasaan bersalah.
Mekanisme pertahanan ego membantu dapat dilaksanakannya fungsi penolakan itu, sekaligus melindungi invidu dari kecemasan yang berlebihan. Bagi Freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi impuls Id serta menentang tekanan super ego.[10]
Ego menggunakan mekanisme ini untuk mengendalikan kekuatan (antikateksis) sehingga terjadi persepsi atau menekan ingatan, pikiran, atau gagasan yang melahirkan kecemasan. Apabila represi gagal mengontrol ancaman (kecemasan), maka dia bekerja sama dengan mekanisme pertahanan ego lainnya, seperti :  projeksi, formasi reaksi, fiksasi, dan regresi. Semua jenis mekanisme pertahanan ego ini berkembang, karena ego sangat lemah untuk mengatasi tuntutan lingkungan.

Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego itu adalah sebagai berikut.
Identifikasi
Identifikasi ini merupakan proses memperkuat harga diri (self esteem) dengan membentuk suatu persekutuan (aliansi) nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun kelompok. Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya diabanding dengan dirinya.[11] Identifikasi ini dilakukan kepada orang-orang yang dipandang sukses atau berhasil dalam hidupnya.

Displacement
Pemindahan obejk ini merupakan proses pengalihan perasaan dari objek asli ke objek pengganti.[12] Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat dicapai karena rintangan dari luar (social, alami) atau dari dalam (antiteksis), insting itu direpres kembali ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan enerji dari obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat mereduksi tegangan.
Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan ketegangan di atas, adalah kompromi antara tuntutan insting id dengan realitas ego, sehingga disebut juga reaksi kompromi (reaction compromise). Ada tiga macam reaksi kompromi, yakni sublimasi, subtitusi, dan kompensasi.[13]
·         Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima masyarakat sebagai kultur kreatif.
·         Subtitusi adalah pemindahan atau kompromi di mana kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya.
·         Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan. Gagal memuaskan insting yang satu diganti dengan member kepuasan insting yang lain.

Represi
Represi adalah proses ego memakai kekuatan antikateksis untuk menekan segala sesuatu yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.[14]Represi ini merupakam proses penekanan dorongan-dorongan ke alam tak sadar, karena mengancam keamanan ego. Dapat diartikan sebaga proses ‘penguburan’ pikiran dan perasaan yang mencemaskan ke alam tak sadar. Represi merupakan mekanisme pertahanan dasar yang terjadi ketika memori, pikiran atau perasaan yang menimbulkan kecemasan ditekan keluar oleh antikateksis (ego). Orang cenderung merepres keinginan atau hasrat yang apabila dilakukan dapat menimbulkan perasaan bersalah dan konflik yang menimbulkan rasa cemas atau merepres memori (ingatan) yang menyakitkan.
Proyeksi
Proyeksi ini merupakan pengalijan pikiran, perasaan atau dorongan diri sendiri kepada orang lain. Dapat juga diartikan sebagai mekanisme pengubahan kecemasan neurotic dan moral dengan kecemasan realistic. Proyeksi adalah mekanisme pertahanan untuk mengubah kecemasan neuristik atau kecemasan moral menjadi ketakutan objektif.[15]
Kecemasan realistic biasanya lebih mudah ditanganioleh ego dibanding kecemasan neurotic atau kecemasa moral. Karena itu apabila sumber kecemasan dapat ditemukan diduania luar dan bukan apada impuls-impuls primitive atau suara hati sendiri, kecemasan itu lebih mudah diredakan.
Bias dikatakan bahwa proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotic/moral menjadi kecemasan realistic, dengan cara melemparkan impuls-inpuls internal yang mengancam dipindahkan ke obyek diluar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri. Pengubahan ini mudah dilakukan karena sumber asli kecemasan neurotic/moral itu adalah ketakutan terhadap hukuman dari luar.

Fiksasi
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat.[16]
Fiksasi ini merupakan mekanisme yang memungkinkan orang mengalami kemandegan dalam perkembangannya, karena merasa cems untuk melangkah ke perkembangan berikutnya. Fiksasi ini bertujuan untuk menghindari dari situasi-situasi baru yangdipandang berbahaya atau mengakibatkan frustasi.


Reversal
Mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keinginan perasaan dan impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi kea rah diri sendiri, atau seperti reaksi formasi dengan objek yang spesifik.

G.    Reaksi Agresi
Ego memanfaatkan drive agresif untuk menyerang objek yang menimbulkan frustasi. Menutupi kelemahan diri dengan menunjukkan kekuatan drive agresifnya, baik yang ditunjukkan kepda obyek yang asli, obyek pengganti, maupun ditujukan kepada diri sendiri. Ego membentuk antikateksis dengan mempertentangkan insting-insting agar insting yang menjadi sumber tegangan frustasi dan anxiety tetap berada di bawah sadar.
Ada lima macam reaksi agresi[17] :
·         Agresi primitive
·         Scapegoating
·         Free-Floating-Anger
·         Suicide
·         Turning around upon the self

H.    Intelektualisasi
Ego menggunakan logika  rasional untuk menerima kateksis obyek sebagai realitas yang cocok dengan impuls asli. Mengatasi frustasi dan anxiety dengan memutarbalikkan realitas untuk mempertahankan hargi diri.
Ada empat macam intelektualisasi[18], yaitu :
·         Rasionalis : menerima, puas dengan objek kateksis dengan mengembangkan alas an rasional yang menyimpangkan fakta.
·         Isolasi : mempertentangkan antara komponen afektif kognitif, gejala neurosis obsesi kompulsi, di mana dorongan insting bertahan di kesadaran, tetapi tanpa perasaan puas/senang.
·         Undoing : kecemasan dan dosa akibat kegiatan negative, ditutupi/dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk tingkah laku ritual.
·         Denial ; menolak kenyataan, menolak stimulus/persepsi realistic yang tidak menyenangkan dengan menghilangkan atau mengganti persepsi itu dengan fantasia tau halusinasi.

I.       Tahapan Perkembangan Kepribadian
Makna perkembangan kepribadian menurut freud adalah belajar tentang cara-cara baru untuk mereduksi ketegangan dan memperoleh kepuasan. Ketegangan itu terjadi bersumber kepada empat aspek yaitu pertumbuhan fisik, frustasi, konflik, dan ancaman.[19]
Perkembangan kepribadian berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual yaitu periode perkembangan seksual yang sangat mempengaruhi kepribadian masa dewasa.
Berdasarkan perkembangan libido (dorongan kenikmatan), maka Freud mengajukan tahap-tahap perkembangan kepribadian manusia sebagai berikut[20] :
·         Fase oral : yakni pada msa bayi dan kanak-kanak umur satu tahun.
·         Fase anal : yakni pada masa kanak-kanak sekitar  umur dua sampai tiga tahun.
·         Fase phalik : yakni masa anak-anak sekitar umur empat samapai lima tahun. Ketiga macam fase tersebut – oral, anal, phalik – disebut masa pragenital. Sesudah phalik ini berlangsung, libido seolah-olah berhenti berkembang, tetapi diam, lalu disebut masa laten.
·         Fase genital : yakni impuls-impuls dari libido timbul kembali pada masa-masa adolsen, mengaktifkan kembali impuls-impuls pragenital. Jika impuls-impuls ini berhasil dipindahkan dan disublimasikan oleh ego, maka orang sampailah pada tahap akhir, yang disebut masa genital tadi.

J.      Aplikasi Psikoanalisa
Ranah aplikasi psikoanalisa cukup bervariasi, yang terpenting diantaranya aplikasi di bidang psikopatologi, psikoterapi, psikosomatis, dan pengasuhan anak. Namun pada dasarnya psikoanalisis dapat member sumbangan dalam berbagai bidang kemanusiaan, seperti masalah persokolahan, narapidana, kemiliteran, advertensi, social antropologi, kreativitas, seni, dsb.
Psikopatologi
Psikoanalisis memahami psikopatologi sebagai masalah perkembangan, akibat gangguan semasa melewati tahap-tahap psikoseksual. Perkembangan kepribadian dipandang sebagai sesuatu yang kumulatif, sehingga gangguan pada masa awal perkembangan akan menjadi peristiwa traumatic yang pengaruhnya terasa sampai dewasa. orang dewasa yang fondasi kepribadiannya lemah bisa menjadi mengalami psikopatologi. Berikut dinamika jiwa menurut psikoanalisis pada beberapa jenis psikopatologi[21] :
·         Hysteria : kelumpuhan tanpa sebab-sebab fisik, menurut psikoanalisa ini akibat adanya tranformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik.
·         Fobia : ketakutan yang sangat dan tidak pada tempatnya, oleh Freud dianalisis sebegai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bias kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual atau kecemasan akibat peristiwa traumatic.
·         Obsesi kompulsi : mempunyai tema yang bervariasi,. Tema kebersihan, penyakit, kekejaman, dilatar belakangi konflik seksual pada fase anal.
·         Depresi : perasaan tidak mampu, tidak kompenten, kehilangan harga diri, dan merasa bertanggung jwab pada semua kejadian buruk. Menurut Freud, akar masalahnya adalah kehilangan cinta pada Oedipus kompleks, yang membuat orang marah kepada dirinya sendiri, karena dia kehilangan cinta dari orang tua, teman, bahkan dari negaranya.
·         Ketagihan obat/alcohol ; Freud menganggap adiksi dilatarbelakangi oleh insting mati. Pakar psikoanalisis lain mengatakan adiksi menjadi salah satu cara mengalahkan control superego. Orang menjadi bebas memperoleh apa yang diinginkannya. Ada juga yang menganalisis botol minuman sebagai representasi dari buah dada ibu pada fase oral.

K.    Prosesi Psikoterapi
Psikoanalisis dibangun berdasarkan kinerja Freud dalam membantu para pasiennya yang mengalami masalah kejiwaan. Oleh karena itu, psikonalisis dipandang juga sebagai pendekatan atau metode terapi (bimbingan dan konseling).
Aplikasi psikoanalisis yang terpenting adalah psikoterapi. Ini bisa dipahami karena pada dasarnya Freud menegmbangkan teori psikoanalisanya dari praktek psikoterapi yang dilakukannya.
Para analis dalam membantu pasien menggunakan teknik/metode sebagai berikut :
·         Asosiasi bebas : merupakan teknik utama dalam psikoanalisis. Pasien diminta untuk mengatakan (mengunggkapkan) apa saja yang berada dalam pikirannya (perasaannya). Tidak menjadi masalah, apakah yang dikatakannya itu kata-kata cabul, tidak logis, atau kata-kata yang tidak penting.[22]
·         Analis mimpi : ketika tidur , control kesadaran menurun, dan mimpi adalah ungkapan isi-isi taksadar karena turunnya control kesadaran itu. Klien melaporkan apa yang dimimpikannya dalam asosiasi bebas, menjadi bahan yang kaya untuk dianalisis terapis.
·         Freudian slip : meliputi salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan obyek, dan tiba-tiba lupa. Semuanya itu menurut Freud bukan kejadian kebetulan, tetapi kejadian yang dipengaruhi oleh insting ketidaksadaran. Analisis akan dapat mengungkap gambaran mental yang ada dibalik slip itu.[23]
·         Interpretasi mimpi : setelah masalah pasien diketahui secara jelas, kemudia konselor mulai menginterpretasi masalah pasien tersebut. Melalui interpretasi dari konselor ini, pasien menjadi terdorong untuk mengetahu ketidaksadarannya, baik terkait dengan pikiran, kegiatan, atau keinginan-keinginanya. Dengan demikian, interpretasi ini merupakan cara yang memfasilitasi pasien untuk memahami ketidaksadarannya.
·         Analisis resistensi : resistensi adala mekanisme pertahanan klien, dan analisis akan mengungkap unsure yang penting dari masalah yang disembunyikan klien.
·         Transferensi : transferensi terjadi, ketika pasien merespon analis (konselor) sebagai seorang figure pada waktu kecil (orang tua). Respon ini bisa positif, dan juga bisa negative bergantung pada suasana emosional yang idalaminya. Ruangan terapi bisa menjadi arena terjadinya reaksi-reaksi atau konflik-konflik lama.[24]











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sigmund Freud (1856-1939) menggambarkan kehidupan jiwa manusia sebagai gunung es yang mengapung di laut. Kesadaran jiwa itu ibarat bagian es yang Nampak di atas permikaan air, yang hanya merupakan bagian kecil saja dari seluruh es yang mengapung tadi. Sedangkan bagian es yang terendam dalam air melukiskan jiwa bawah sadar sebagai bagian terbesar. Wilayah bawah sadar ini juga berisi kekuatan-kekuatan vital tak kasat mata, namun memiliki kendali penting terhadap pikiran dan perbuatan sadar seseorang.
Menurut pendapat kami, bahwa teori Freudinamisme memang cukup kuat dan menarik, walaupun bersifat spekulatif dengan dukungan fakta klinis. Sebagai teori kedudukannya dalam forum ilmiah menjadi tantangan bagi lawan-lawannya dan ahli-ahli generasi muda seterusnya untuk meneliti kembali teori Frreudinamisme untuk dikembangkan lebih lanjut. Sedangakan dalam forum terapi psikiatris dengan metode asosiasi bebas, memang sangat bermanfaat, sepanjang terapisnya memang ahli psikoanalisis.

B.     Saran
Dalam menyusun makalahini, kami menyadari masih ada kekurangannya. Jadi kami menyarankan agar pembaca makalah ini membaca referensi dari buku-buku lain untuk melengkapi atau menambah pengetahuannya dalam bidang psikologi perkembangan untuk mengukur kepribadiannya. Ada kurang lebihnya kami mohon maaf, terima kasih.




DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Malang:  UMM Pers.
Irwanto. 2007. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo.
Ki fudyartanta. 2005. Psikologi Kepribadian Freudianisme. Yoyakarta: Zenith Publisher.
Sujanto, Agus. 1997. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumardi. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.
Yusuf, Syamsu. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya



[1] Ki fudyartanta, Psikologi Kepribadian Freudianisme (Yoyakarta : Zenith Publisher, 2005) hal. 77.
[2] Sumardi suryabrata, Psikologi Kepribadian (Jakarta : Rajawali Pers, 2010) hal. 125.
[3] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang :  UMM Pers, 2008) hal. 14.
[4] Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 41-42.
[5] Irwanto, Psikologi Umum (Jakarta : PT Prenhallindo, 2007) hal. 237.
[6] Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian (Jakarta : Bumi Aksara, 1997) hal. 62.
[7] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang :  UMM Pers, 2008) hal. 18.
[8] Ki fudyartanta, Psikologi Kepribadian Freudianisme (Yoyakarta : Zenith Publisher, 2005) hal. 91.
[9] Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 52.
[10] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang :  UMM Pers, 2008) hal. 23.
[11] Ibid., hal. 24.
[12] Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 55
[13] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang :  UMM Pers, 2008) hal. 25.
[14] Ibid,  hal. 26.
[15] Ki fudyartanta, Psikologi Kepribadian Freudianisme (Yoyakarta : Zenith Publisher, 2005) hal. 149.
[16] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang :  UMM Pers, 2008) hal. 26.
[17] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang :  UMM Pers, 2008) hal. 28.
[18] Ibid, 28
[19] Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 57.
[20] Ki fudyartanta, Psikologi Kepribadian Freudianisme (Yoyakarta : Zenith Publisher, 2005) hal. 153
[21] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang :  UMM Pers, 2008) hal. 35.
[22] Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 66
[23] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang :  UMM Pers, 2008) hal. 36.
[24] Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 67.