Rabu, 01 Februari 2012


Wabah Demam Korea Melanda

Abstrak

“Annyong haseyo !” Beberapa tahun terakhir, telinga dan mata saya menjadi akrab dengan kata sapaan itu, yang kurang lebih berarti “Hai, apa kabar!” dalam bahasa Korea. Banyak teman saya yang menggunakan kata itu sejak mereka menonton film-film drama Korea yang diputar di televisi. Selain itu banyak juga tambahan kosakata baru seperti “Kamsahamnida,” (terima kasih), “Sarang haeyo,” (I love you ) dan sebagainya. Teman-teman saya (terutama yang perempuan) kerap sibuk membahas aktor-aktor drama Korea yang katanya lucu dan ganteng, menghafal lagu-lagu soundtrack -nya, bahkan ada pula yang keranjingan membahas semua hal yang berbau Korea mulai dari masakan, pakaian,bahasa, dan sebagainya.
 Saya akan mencoba membahas dan sedikit bercerita tentang hal-hal yang berbau Korea, yang lagi mewabah di dunia, khususnya di Indonesia. Tentu sudah pasti banyak yang suka, terlebih lagi dengan banyaknya Boy Band asal Korea yang lagi ngetop sekarang, menjadi idola baru dari para remaja di Indonesia. Misalkan saja Super Junior, Shinee, Big Bang, SS501 dan masih banyak lainnya grup Boy band yang menjadi idola para remaja di Indonesia khususnya remaja putri.
Ya, hal tersebut bisa dinamakan sebagai Hallyu atau Korean Wave (gelombang Korea). Itu merupakan kata-kata yang biasa digunakan sebagai istilah berkembangnya budaya-budaya Korea di seluruh dunia. Mulai dari film, musik, kebudayaan, fashion sampai koreografi.
Banyak pengamat kebudayaan yang berpendapat bahwa awalnya budaya Korea masuk ke Indonesia sekitar tahun 2000 diiringi dengan film drama-drama korea yang banyak di putar di stasiun TV di Indonesia. Semisal drama Korea Stairway To Heaven yang di putar sekitar tahun 2000 di salah satu stasiun TV swasta, langsung mendapat perhatian dan mendapatkan banyak tempat di hati para penonton drama tersebut khususnya di Indonesia. Tentunya masih banyak drama Korea lain yang menjadi salah satu acara favorit para penikmat drama di Indonesia.
Sekarang yang menjadi menarik adalah kenapa ya orang menjadi banyak yang suka dengan hal-hal yang berbau Korea? Mungkin kita masih ingat tentang drama cinta Meteor Garden yag dulu sempat mengharu biru di tanah air kita. Kisah cita antara si ganteng Dao Ming Si yang kaya raya dengan gadis sederhana yang bernama Shan Cai  ini, seakan menjadi tontonan wajib kala itu. Hingga demam Dao Ming Si sempat melanda.
            Nah, pasca Dao Ming Si bermunculanlah drama-drama serupa tapi tidak kalah seru dan pasti mengharu biru. Ya, Drama korea. Saking banyaknya yang suka drama-drama korea, film-filmnya ini laris manis di serbu. Lagi-lagi para remaja di tanah air terserang demam drama Korea.
            Beberapa judul film bahkan dianggap sebgai “master piece”, salah satunya adalah drama seri Korea berjudul Winter Sonata, yang disebut-sebut sebagai tongkat menyebarnya demam drama Korea di Asia. Sejak ditayangkan di stasiun TV Jepang NHK tahun 2003, drama sepanjang 20 episode ini langsung digilai masyarakat Asia, termasuk Indonesia. Dua pemeran utama Winter Sonata,  Bae Yong Joon dan Choi Ji Woo yang ganteng dan cantik langsung deh jadi idola baru Asia. Disusul drama-drama korea yang lain seperti Full House, City Hunter dan banyak yang lainnya.
            Kekuatan cerita dan taburan pemain berwajah cantik dan ganteng membuat drama Korea langsung menghipnotis para penontonnya. Tidak cukup nonton episode pertama, lanjut nonton ke episode dua, eh karena penasaran lanjut lagi ke episode 3 dan seterusnya. Tidak heran para penggemar drama ini rela meluangkan dan melewatkan waktu berjam-jam hanya untuk menuntaskan satu judul drama. “Habis seru sih dan bikin kecanduan” itulah kebanyakan jawaban dari beberapa penggemar drama Korea. Tidak hanya anak muda saja, seakan tidak mau kalah sama yang muda-muda, para ibu-ibu yang sudah terlanjur jatuh cinta sama drama korea juga rela begadang demi mengetahui akhir cerita dari drama yang sedang ditontonnya. Kalau sudah ketemu sama seri drama korea yang bagus tidak tidur sampai jam tiga atau empat pagi itu mah biasa ya buk...!
            Tidak heran, hobi ibu-ibu nonton drama Korea pun sering diprotes oleh suami dan anak-anaknya. Maklum, tidak hanya lupa waktu dan jarang tidur, para ibu-ibu ini juga sering nangis atau tertawa sendirian, saking menghayati drama yang ditontonnya. Bahkan terkadang suami dan anak-anaknya juga ikut menemani nonton. Tapi, ada satu pesan nih untuk para-ibu kalau lagi nonton drama korea, jangan samapai lupa masak.hehe...
            

Pembahasan

            Gandrung atau kecanduan dengan drama romantis seperti itu memang tak ada salahnya asalkan harus pintar-pintar bagi waktu dan jangan sampai cerita drama yang sejatinya cerita fiksi belaka ikut terbawa dalam kehidupan sehari-hari.
            Memang secara tidak langsung bisa terbawa, misal kita menyukai cowok yang gaya rambutnya nyeleneh, maka secara tidak langsung gaya rambutnya juga akan ikut berubah seperti apa yang dianggapnya keren seperti pada apa yang  ia lihat. Kalau cewek seperti menggunakan pakaian-pakaian model orang korea seperti menggunakan rok pendek rambut juga di model seperti bintang idolanya. Jelas itu semua akan berpengaruh, mungkin juga gaya hidupnya juga akan berpengaruh.
            Mungkin kalau sekedar gaya berpakaian atau gaya rambut sah-sah aja, tapi kalau udah bermimpi seolah-olah jadi tokoh dalam drama dalam kehidupan sehari-hari, wuih... bisa berbahaya. Bayangkan, bagaimana jika sudah tidak masuk di akal lagi, tidak bisa membedakan realitas atau tidak. Tentunya idak berbahaya kalau itu hanya sebagai bagian dari gaya hidup sementara, tidak sampai merasuk sekali.
            Tak sebatas cerita dramanya saja, demam korea pun kini menjalar hingga lagu-lagunya. Girl Band dan Boy Band asal Korea saat ini juga menjadi idola di Tanah Air dan Asia. Musik-musik asal Korea yang dikenal dengan istilah Korean POP atau K-POP, kini bahkan sudah bisa dibilang memiliki banyak penggemar fanatik di Indonesia.
            Film maupun musik-musik Korea lewat Boy Band ataupun Girl Bandnya itu sendiri pada akhirnya menyebabkan banyak anak muda yang ingin belajar bahasa Korea karena ingin menikmati bagaimana suasana Korea melalui musiknya itu sendiri.
            Sementara itu bagi industri musik tanah air, serbuan demam Korea justru membuat pentas musik tanah air semakin bergairah. Sekarang banyak bermunculan Boy Band dan Girl Band asal Indonesia yang musik dan gaya dandanannya mirip banget dengan Boy Band asal Korea. Salah satunya adalah SMASH.
             Terang tidak bisa dipungkiri, dari style, dandanan, lalu kemudian gaya musik segala macam serta unsur dancenya itu sendiri memang mau tidak mau harus diakui SMASH itu terinspirasi dari popularitas yang dicapai oleh bintang-bintang Boy band, terutama Boy Band dari Korea.
            Selain SMASH juga ada 7Icons, girl band yang beranggotakan tujuh orang wanita cantik ini, bisa dibilang sukses dikenal masyarakat melalui hitsnya yang berjudul Playboy. Lalu yang paling anyar ada Cherry Belle dan Hitz, saking miripnya dengan gaya dan penampilan boy band Korea banyak yang meragukan kretifitas mereka. Sama sepeti Cherry Belle, Hitz yang salah satu anggotanya bahkan asli dari Korea ini bertekad meramaikan musik tanah air.
            Positif saja, karena bagaimanapun juga kalau ada sebuah negara masyarakatnya atau katakanlah anak mudanya menggemari genre musik lain dari negara lain paling tidak kita akan mengetahui seni budaya dari negara lain itu dan kemudian bisa diaplikasikan beberapa hal yang positif untuk seni budaya Indonesia.
            Diluar kontroversi yang ada, mau atau tidak, kemunculan demam Kpop ini semakin memperkaya dunia musik di tanah air. Semoga lambat laun tak sekedar gayanya saja yang diadopsi tapi kemampuannya juga bisa disejajarkan Band mancanegara.
            Demam Kpop ternyata memang sangat berpengaruh ke dunia musik Indonesia. Sebenarnya, bukan suatu hal baru banget buat musik Indonesia karena sejak dahulu kita sudah punya yang namanya boyband (BB) dan girlband (GB). Akan tetapi, terdapat perbedaan pengaruh di sini. Jika dahulu, tahun 90-an, Gb dan BB terbentuk karena pengaruh dari musik barat seperti Amerika (NKOTB, BSB, NSYNC, dll) sehingga kita punya yang namanya Trio Libels, Cowboy, AB Three, Rida Sita Dewi, Lingua, Bening,ME, dll. Yang menjadi ciri khas kuat dalam BB dan GB yang terkena pengaruh amerika ini ialah mereka tetap menomor satukan kualitas suara dan didukung dengan dance. Dance di sini merupakan ciri khas dalam BB dan GB namun suara mereka pun tetap berkualitas. Walaupun dance itu ciri khas, namun bukan sesuatu yang harus, karena faktor suara yang diutamakan. Saat itu pun BB dan GB indonesia menuai kritik karena dianggap meniru Amerika. Akan tetapi, BB dan GB Indonesia saat itu tetap bertahan dan menunjukan ke masyarakat bahwasanya Amerika memang menjadi inspirasi namun hal itu tetap diikuti dengan kualitas suara mereka sehingga mereka tetap diterima oleh pasar musik Indonesia dan beberapa BB dan GB memenangkan penghargaan musik. Tidak hanya bermodal tampang, dan tari tetapi SUARA menjadi faktor paling penting untuk memenangkan hati pasar musik dan membuktikan musikalitas mereka. Sebagai contoh, AB Three, Gb ini terbentuk untuk mengikuti lomba nyanyi Asia Bagus dan mereka berhasil memenangkan kompetisi nyanyi tersebut. Bukan hanya di Indonesia tetapi juga berhasil membawa nama Indonesia di tingkat Asia. Karena waktu pula sehingga demam BB dan GB yang dibawa oleh musik Amerika menjadi redup dan BB dan GB tersebut mulai hilang dari dunia musik. Beberapa malah membubarkan diri namun ada juga yang masih bertahan.
            Demam akan BB dan GB kembali melanda dengan pengaruh yang paling signifikan datang dari korea. Ya, korea punya beberapa BB seperti 2PM, 2AM, super junior, dll juga GB seperti Kara, T-ara, after school, wonder girls, SNSD, 2ne1, dll. BB dan GB korea tersebut langsung mendobrak dan menarik perhatian penikmat musik di Indonesia. Mereka sudah mulai mencuri perhatian sejak 2007an dan penikmat musik mereka di tanah air pun semakin meningkat. Sepertinya tahun ini merupakan puncak popularitas para BB dan GB korea di Indonesia. Dengan dance yang energik, wajah yang mendukung serta kualitas suara yang baik menjadi daya tariknya. Korea berusaha untuk menyeimbangkan antara suara dan dance sehingga di setiap BB dan GB memiliki lead vocal dan beberapa penyanyi utama yang akan mendapat jatah menyanyi lebih banyak ketimbang lainnya bahkan ada yang menambangkan rapper dalam group tersebut. BB dan GB tersebut juga memiliki lead dancer dan beberapa dancer utama yang akan mengurus masalah koreo dan mendapat jatah lebih dalam bagian menari. Bagaimana BB dan GB korea bisa memiliki suara bagus juga didukung dengan dance yang enerjik tersebut? Perusahaan musik korea seperti JYP entertainment, SM entertainment, dll memiliki audisi untuk memilih calon bintang yang akan diorbitkan. Setelah terpilih melalui audisi, mereka diwajibkan mengikuti training vocal, tari, acting, dll sehingga saat dilepas ke pasar musik, mereka benar-benar memiliki kualitas untuk menjadi BB dan GB idola. Karena mereka bukan bintang karbitan yang hanya bermodal tampang dan sudah menjalani latihan, sehingga dalam setiap penampilan walaupun mereka menari namun kualitas suara mereka tetap terjaga. Ya, mereka dituntut untuk selalu bernyanyi live (kecuali sedang sakit). Bukan hanya BB dan GB yang dididik seperti itu, namun penyanyi solo seperti BoA, Lee Hyori, dll juga dididik demikian.
            Seolah tidak ingin kalah dengan BB dan GB korea, Indonesia pun mulai menelurkan beberapa BB dan GB seperti smash indonesia, 7 icons, CherryBerry, String, 5 bidadari, super 9 boys, dll. Sama seperti beberapa tahun silam, kehadiran BB dan GB ini menuai kontroversi karena dituduh menjiplak dari BB dan GB korea.



Analisis

            Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Bandura melukiskan Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977). Dalam hal ini memang tidak bisa dipungkiri, mengakui atau tidak para BB asal Indonesia ini merupakan hasil imitasi dari BB asal Korea. Melihat lagi maraknya BB asal Korea di Indonesia, membuat para produser musik Indonesia tertarik untuk membuat BB asli Indonesia dengan harapan dapat menjual laris produknya dengan mendompleng ke populeran BB asal Korea yang lagi boming di Indonesia tersebut.
            Berkaitan dengan bomingnya BB Korea ini, seakan dengan iming-iming populer dan tenar mendadak, banyak sekali wajah-wajah baru di kancah musik Indonesia yang mana mengusung format BB seperti layaknya BB asal  Korea. Cukup dengan satu lagu andalan yang dapat diterima orang banyak dan dengan modal tampang yang keren serta meskipun suara pas-pasan baru BB baru asal Indonesia ini sudah bisa langsung menjadi idola baru para remaja kita.
             Peniruan (modelling) Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (oranglain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkahlaku yang teramati, menggenaralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.
            Hal ini lah yang bisa menjelaskan fenomena BB di Indonesia mulai banyak bermunculan. Dari gaya musik, dance, pakaian, dan lainnya hampir semua BB di Indonesia meniru ciri khas dari BB asal Korea.
            Jika di tinjau dari alam teori Bandura, model adalah apa saja yang menyampaikan informasi seperti orang, film, televise, pameran, gambar atau instruksi. Misalkan saja pada contah yang sudah dijelaskan di atas tadi, ketika para remaja dan ibu-ibu itu menonton drama Korea di TV, cenderung mereka akan meniru gaya seseorang yang dianggapnya itu merupakan gaya yang lagi trend saat ini (seperti mencontoh model rambut dan baju asal Korea). Dengan kata lain, apa yang mereka lihat dilakukan atau dialami orang lain akan mempengaruhi perilaku mereka. Meskipun orang tersebut tidak mengalami langsung penguatan dan hukuman, namun hal itu memodifikasi perilaku mereka.
            Menurut Bandura (Syamsu Yusuf: 2008: 134), belajar observasional adalah mungkin menggunakan imitasi atau mungkin juga tidak. Apa yang anda pelajari, kata Bandura, adalah informasi yang diproses secara kognitif dan bertindak berdasar informasi demi kebaikan diri sendiri. Jadi belajar observasional lebih kompleks ketimbang imitasi sederhana, yang biasanya hanya meniru orang lain saja. Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1.      Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : seseorang yang belajar gerakan koreaografi ala BB Korea, tentunya ia tidak akan bisa jika tidak melihat langsung contohnya, koreografi BB Indonesia yang sering kita lihat tentu sedikit banyak mengadopsi koreografi dari BB asal Korea. kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.
2.      Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.      Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat. Nah, mungkin bagian ketiga ini lah yang paling cocok untuk BB asal Indonesia. Karena apa yang ditirunya bisa menjadi pelajaran dan menunjang performancenya di kancah dunia panggung hiburan agar bisa menjadi BB yang bisa bersaing secara kompetitif di belantika musik Indonsia.

            Dari beberapa proses di atas, maka sikap yang paling nampak adalah sikap imitasi, yang mana Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik (Hurley, S. & Nick Charter: 2005). Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Meskipun para BB dan BG yang baru bermunculan ini mengatakan tidak meniru, tetap tidak bisa dipungkiri yang menjadi kiblat dari fenomena BB dan BG yang lagi marak di Indonesia ini berasal dari pengaruh BB dan BG asal negeri Korea tersebut.
            Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini BB  dan BG asal Korea memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi BB dan BG di Indonesia untuk menirukan gaya musik ala BB dan BG asal Korea tersebut.



Kesimpulan

            Memang Korea Selatan adalah salah satu pemain baru yang sukses memasok produk-produk budayanya di pasar global. Gelombang kebudayaan modern Korea atau yang sering disebut Hallyu sejak tahun 1990-an telah menyapu banyak negara di Asia dan kawasan lainnya. Di Indonesia sendiri, gelombang Hallyu mulai dirasakan sejak tahun 2000-an ketika film-film Korea banyak diputar di televisi nasional dan mendapatsambutan hangat dari para pemirsa. Sebelum diterjang oleh gelombang Korea, Indonesia juga sudah diterjang lebih dahulu oleh gelombang India, Jepang, Eropa, Latin, dan tentusaja Amerika. Maka berbagai respon pun bermunculan menanggapi terjangan budayaasing di negeri kita. Selama ini, yang selalu diulang-ulang kepada kita adalah seruan untuk waspada terhadap globalisasi dan ekspansi budaya global. “Hati-hati terhadap bahaya westernisasi!”, “Lindungi generasi muda dari pengaruh buruk budaya asing!”. Seruan semacam itu pada dasarnya tidak salah, karena merupakan suatu usaha untuk mempertahankan budaya dan identitas kita. Sosiolog Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa ciri-ciri bangsa yang kalah adalah terjadinya imitasi massal terhadap cara hidup bangsa pemenang seperti dalam model pakaian, kendaraan, gaya arsitektur, jenis makanan,bahasa, hingga pemikiran dan adat kebiasaan. Ciri-ciri itu sangat relevan dengan negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia saat ini yang terkatung-katung dalam peta kebudayaan global. Ya, kita sedang kalah. Tapi resistensi dan sikap-sikap defensif yan gcenderung menutup diri juga tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena suka atau tidak suka globalisasi telah sampai di rumah-rumah kita. Ketakutan yang berlebihan terhadap ekspansi budaya global hanya makin menunjukkan bahwa kita bangsa yang inferior, yang selalu menjadi objek paparan budaya asing tanpa mampu berbuat apa pun. Maka strategi bertahan yang paling tepat adalah dengan menjadi bagian yang signifikan dari arus globalisasi itu sendiri





Referensi

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian - Edisi Revisi. Malang :UMM Press

Hurley, S. & Nick Charter. 2005. Perspectives on imitation. Cambridge,MA: MIT press

Hall, Calvis S. & Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta.: Penerbit Kanisius.

Rosyidi, Hamim. Psikologi Kepribadian. Surabaya : CV. JAUDAR.

Yusuf, Syamsu. 2008. Teori Kepribadian. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

 Phobia


Phobia merupakan rasa takut yang berlebih-lebihan dan berkepanjangan karena rasa takut yang sangat tidak rasional. Phobia kebanyakan dialami oleh perempuan meskipun para laki-laki pun juga ada yang mengalami phobia. Banyak sekali jenis dari phobia, diantaranya: Acrophobia / Hypsophobia; Ketakutan pada tempat yang tinggi, Antlophobia; Ketakutan pada sungai, banjir atau air yang mengalir, Amaxophobia; Ketakutan berkendaraan, Agyophobia: Ketakutan akan jalan yang ramai dan cenderung takut untuk menyeberang, Hydrophobia / Iyssophobia: Takut pada air, Insectaphobia; takut pada insect, dan ketakutan pada buah-buahan, seperti rambutan, durian, pisang, jeruk, dll. Biasanya orang yang menderita phobia, ketika dia menemukan atau berjumpa dengan hal yang ditakutinya maka akan berteriak sekeras mungkin, berlari, mencari perlindungan kepada orang lain, menangis, bahkan ada juga yang pingsan. Phobia dapat disembuhkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah terapi.
 
a.      Pengertian  Fobia
Phobia merupakan salah satu bentuk gangguan emosional, pada umumnya diderita oleh orang yang kurang mampu mengendalikan diri untuk berbuat emosional. Dikatakan gangguan emosi apabila orang yang bersangkutan tidak mampu mengendalikan emosi tertentu, sehingga mempengaruhi perilaku yang tidak wajar, misalnya takut yang apabila tidak sanggup mengendalikannya akan menjadi phobia.
Phobia berhubungan dengan kecemasan, tetapi ada ada dua hal yang membedakan phobia dengan kecemasan yaitu:
a.       phobia merupakan ketakutan yang tidak beralasan, takut akan suatu objek.
b.      mereka tidak mengembangkan pikiran yang logis tetapi merupakan perbuatan luar batas, lepas dari keadaan perimbangan. (RobertPriest, 1994:19)
Menurut Sudarsono, phobia adalah ketakutan, gamang, perasaan takut yang tak terkendalikan yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan atau sifat-sifat terhadap situasi yang seringkali tanpa alasan yang dapat diterima oleh akal. (Sudarsono: 1996, hal. 179-180)
Menurut Kartini Kartono, dalam bukunya Patologi Sosial 3, phobia adalah ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional dan tidak bisa di kontrol terhadap situasi atau objek tertentu merupakan ketakutan khas neurotik. Sebagai simbol dari konflik-konflik neurotis, yang kemudian menimbulkan ketakutan dan kecemasan. (Kartini Kartono, 2000:108).
Phobia merupakan kelakuan atau kecemasan khas neurotis dan merupakan simbol dari konflik-konflik neurotis yang menimbulkan macam-macam bentuk kecemasan dan ketakutan.
Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya “Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat”, menjelaskan tentang phobia yaitu ketakutan yang dianggap sebagai tanda penyakit tidak wajar, si penderita tidak tahu sebab dan tidak sanggup menguasai sikapnya, disamping itu ia merasa bahwa dalam berbagai situasi kelakuannya menimbulkan ketakutan dan kecemasan serta menyebabkan tertawaan orang. (Zakiah Derajat, 1977)
Sedangkan menurut Dadang Hawari, phobia adalah ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek, aktivitas/situasi yang spesifik, yang menimbulkan suatu keinginan mendesak atau menghindarinya. (Dadang Hawari. 2007. hal. 64)
Ada dua teori fobia umum non-psikoanalitis yang telah mencapai status “praktis”. Yang pertama adalah teori biologi yang mengasumsikan bahwa fobia (misalnya perasaan takut pada ular atau laba-laba atau tempat yang tinggi) merupakan sisa-sisa dari proses evolusi kita dimasa lalu dan mengacu pada bahaya nyata yang dihadapi oleh para pendahulu kita.
Pandangan nonpsikoanalitis kedua adalah sebuah teori “trauma” sederhana. Yang telah memperoleh kredibilitas puncaknya saat dipergunakan sebagai dasar sebuah serial televisi BBC. Misal seorang anak takut pada anjing karena saat dia masih kecil, ada seekor anjing msuk ke dalam kereta dorongnya dan menakutinya.
Fobia merupakan suatu tanggapan terkondisi terhadap pengalaman yang sifatnya traumatis. Teori trauma dipergunakan untuk menjelaskan motivasi para tokoh tersebut atau ntuk memperoleh resolusi naratif. (Ivan ward, 2001, hal 12-13)
Fobia adalah reaksi ketakutan yang hebat (abnormal) terhadap situasi atau benda yang khusus. (Yustinus Semiun, OFM 2006, Hal 323)
Fobia adalah rasa takut yang kuat dan menetap serta tidak sesuai dengan stimulus, tidak rasional bahkan bagi si penderita sendiri, yang menyebabkan penghindaran objek maupun situasi yang ditakuti tersebut.(David A. tomb 2000,hal 100)
Dari beberapa definisi di atasat disimpulkan bahwa fobia adalah gangguan emosional berupa ketakutan yang menetap, gamang, perasaan takut yang tak terkendalikan, ketakutan atau kecemasan yang abnormal dan tidak rasional terhadap situasi atau objek sehingga mempengaruhi perilaku yang tidak wajar dan cenderung menghindari objek maupun situasi tersebut. Ketakutan ini merupakan penyakit yang tidak wajar karena si penderita tidak tahu sebab ketakutannya dan tidak sanggup menguasai sikapnya.

b.      Klasifikasi fobia
Fobia adalah ketakutan spesifik yang menetap dan terfokus pada situasi, kejadian, atau benda spesifik yang memicu respon cemas yang tidak disadari. Timbul cemas berat jika muncul pemicu spesifik, dan aspek integral pada fobia sering berkaitan dengan kemungkinan terjadinya hal-hal yang memalukan diri sendiri sewaktu serangan timbul. Jika rangsangan pemicu sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan, kehidupan sosial, dan hubungan interpersonal dapat sangat terganggu.
Fobia mencakup:
1.      Fobia spesifik (sederhana), misalnya ketakutan umum terhadap laba-laba, ketinggian, ruang tertutup, terbang, petir, dll
2.      Agorafobia, yang didefinisikan dalam Diagnostic and Statistical Manual (Ed. Ke-4 1994, DSM-IV) dari American Psychiatric Association, sebagai rasa takut berada di tempat atau situasi, ketika meloloskan diri dianggap sulit atau memalukan, atau ketika pertolongan mungkin tidak diperoleh jika ia mengalami seangan panik atau gejala mirip panik.
3.      Fobia sosial, yang sering ditandai oleh ketakutan “mempermalukan diri sendiri” dan mungkin berkaitan dengan ketakutan akan perilaku tidak pantas, tidak tahu harus mengatakan apa, malu melakukan kontak mata, dan takut ditolak. Seringkali timbul perilaku menghindar yang menyebabkan isolasi sosial yang kemudian menimbulkan perasaan ditolak. Serangan panik dan depresi sering menyertai fobia sosial.

Fobia sederhana ditandai oleh kontak atau antisipasi kontak dengan benda atau situasi yang ditakutkan adalah yang paling ditakuti, sedangkan fobia soial ditandai oleh kunci ketakutan yang paling sering berupa anggapan pandangan negatif oleh orang lain serta konsekuensinya. Umumnya pada fobia sederhana strategi utama yang digunakan oleh pasien adalah menghindar secara nyata, sementara pada fobia sosial sering menggunakan perilaku menghindar yang nyata dan samar serta pemakaian zat (yi. alkohol) untuk mengatasi situasi cemas, penyakit (klasifikasi penyakit).(Chris Brooker 2008, hal 134)

c.       Fakto-faktor penyebab phobia
1.      Pernah mengalami ketakutan hebat, pengalam traumatis atau shock yang hebat.
2.      Pengalaman asli ini tidak dibarengi oleh rasa malu dan rasa bersalah, kemudian semuanya ditekan (represed) untuk melupakan kejadian-kejadian tersebut. (pengalaman asli ini dibarengi dengan perasaan malu dan bersalah lalu ditekan kedalam ketidak sadaran untuk melupakannya).
3.      Jika mengalami rangsangan (stimulus) yang serupa, maka timbul respon ketakutan bersyarkat kembali, sungguhpun peristiwa pengalaman yang asli dilupakan. Respon-respon pengalaman hebat selalu timbul kembali, waktupun ada usah-usaha untuk menekan dan melenyapkan respon tersebut. (Kartini Kartono: 2002, hal. III) (jika mengalami rangsangan serupa, timbullah kekuatan yang bersyarat. Respon ketakutan hebat selalu muncul kembali walaupun ada usaha-usaha untuk menekan atau melenyapkan respon-respon tadi kedalam ketidak sadaran.
Dari uraian diatas dijelaskan tentang penyebab kenapa orang bisa sampai mengalami phobia. Jika kita mengamati salah satu penyebab phobia adalah pernah mengalami ketakutan yang hebat.

d.      Gejala-gejala phobia
W. F. Maramis menjelaskan diantara gejala-gejala atau simptom-simptom phobia adalah rasa takut yang diderita oleh klien dapat mengakibatkan perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, palpitasi, berkeringat, mual, tremor, dan panik. (W. F Maramis: 1994, hal. 267)
Menurut A. Supratiknyo, biasanya disertai simptom-simptom lain seperti : pusing-pusing, sakit punggung, sakit perut dan sebagainya. (A. Suproktinyo: 1995, hal. 43)
     Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
* Jantung berdebar kencang
* Kesulitan mengatur napas
* Dada terasa sakit
* Wajah memerah dan berkeringat
* Merasa sakit
* Gemetar
* Pusing
* Mulut terasa kering
* Merasa perlu pergi ke toilet
* Merasa lemas dan akhirnya pingsan.

      Referensi lain menyebutkan ada beberapa gejala yang dapat menunjukkan fobia, seperti yang disebutkan oleh American Psychiatric Association:
* Perasaan teror, panik, horor, atau ketakutan.
* Pemahaman diri bahwa rasa takut melampaui bahaya yang sebenarnya.
* Ketakutan yang begitu ekstrem sehingga mengganggu pikiran dan tindakan.
* Gejala fisik seperti rasa sesak napas, jantung berdetak cepat atau gemetar.
* Keluar dari situasi yang selama ini memicu fobia, seperti terbang. (http://www.go4healthylife.com/articles/3306/1/Apakah-Anda-Merasakan-Fobia-Ini-Gejalanya/Page1.html)