SKALA KEPEMIMPINAN yang MELAYANI
(SERVANT LEADERSHIP)
Definisi Konsep:
Menurut Greenleaf, mengatakan bahwa kepemimpinan sejati "muncul dari mereka yang motivasi utama adalah keinginan untuk membantu orang lain." Servant leadership is a very moral position, putting the well-being of the followers before other goals. Hamba kepemimpinan adalah posisi yang sangat moral, menempatkan kesejahteraan para pengikut sebelum tujuan-tujuan lain.[1] Selain itu, Robert K. Greenleaf menciptakan istilah "Kepemimpinan Hamba". In that essay, he said (1970): Dalam esai, ia berkata (1970): “The servant-leader servant first. "Para pemimpin adalah pelayan-pelayan pertama. It begins with the natural feeling that one wants to serve, to serve . Ini dimulai dengan perasaan alami bahwa orang yang ingin melayani, untuk melayani. Then conscious choice brings one to aspire to lead. Kemudian pilihan sadar membawa orang yang bercita-cita untuk memimpin. That person is sharply different from one who is first, perhaps because of the need to assuage an unusual power drive or to acquire material possessions. Orang itu secara tajam berbeda dari satu pemimpin yang pertama, mungkin karena kebutuhan untuk meredakan kekuatan yang tidak biasa drive atau untuk memperoleh harta benda. The leader-first and the servant-first are two extreme types. Pemimpin-pertama dan hamba-pertama adalah dua jenis ekstrem. Between them there are shadings and blends that are part of the infinite variety of human nature.” Antara mereka ada bayang-bayang dan campuran yang merupakan bagian dari beragam tak terbatas sifat manusia."[2]
Menurut Dr. Kenneth Blanchard dalam bukunya Leadership by The Book Pemimpin yang memiliki hak yang melayani adalah pemimpin yang melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan public yang dipimpinnya.[3]
Menurut Weirich & Koontz, Kepemimpinan merupakan seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka bersedia dengan kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.[4]
Menurut Hellriege & Slocum, Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan orang lain guna mencapai tujuan.[5]
Menurut Winardi, Pemimpin karena kecakapan pribadinya, dengan atau tanpa pengangkatan resmi, dapat mempengaruhi kelompok yang di pimpinnya untuk mengarahkan upaya bersama kearah pencapaian tujuan kelompoknya.[6]
Servant Leadership
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat.
Definisi Operasional:
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi. Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu terwujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.[7]
Indikator:
- Merendahkan diri dengan sadar
Sejumlah perilaku yang secara sadar dilakukan seorang pemimpin menunjukkan konsep dirinya (menjadi seorang pelayan) dan juga sikap dan intensitanya (melakukan tindakan pelayanan) dalam menempatkan orang lain lebih dahulu sebelum dirinya.
- Diri yang otentik
Perilaku pemimpin yang mengindikasikan posisi dirinya yang otentik dalam hubungannya dengan orang lain, yang dikarakteristikan melalui kerendahan hati, perlindungan, integritas, diri yang mudah diserang dan akuntabilitas.
- Spiritualitas transenden
Perilaku para pemimpin yang memanifestasikan suatu keyakinan yang mendasar bahwa sesuatu atau seseorang yang mengatasi diri dan dunia materi itu eksis dan membuat kehidupan ini penuh makna.
- Moralitas
Perilaku para pemimpin yang mengangkat perilaku moral dan etis para pemimpin dan pekerja.
- Hubungan persekutuan
Perilaku pemimpin yang memupuk keikhlasan, kedalaman dan hubungan yang langgeng dengan karyawan melalui penerimaan yang tanpa syarat, penerimaan, keseimbangan, kebergunaan, kolaborasi.
Blue Print:
No.
|
URAIAN MATERI
|
BOBOT
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Merendahkan diri dengan sadar
Ø Menjadi pelayan
Ø Tindakan pelayanan
Diri yang otentik
Ø Kerendahan hati
Ø Perlindungan
Ø Integritas
Ø Diri yang mudah di serang
Ø Akuntabilitas
Spiritualitas transenden
Moralitas
Ø Pertimbangan moral
Ø Tindakan-tindakan moral
Hubungan persekutuan
Ø Penerimaan atau pemahaman
Ø Keseimbangan
Ø Kebergunaan
Ø kolaborasi
|
20 %
30 %
10 %
20 %
20 %
|
TOTAL
|
100%
|
[1] Greenleaf, di kutip dari, “Hamba Kepemimpnan”, www.library indstate.com. Oktober 2009
[2] Greenleaf, di kutip dari Oostinga ma jetze, “Hamba-Leadership”,www.12manage.com.Oktober 2009
[3] Dr. Kenneth Blanchard, di kutip dari Hendry risiawan, “Kepemimpinan yang Melayani”,www. Trainersclub.or.id. Agustus 2006
[4] Weirich & koontz, ibid
[5] Hellriegel & slocum, ibid
[6] Winardi, di kutip dari Hendry risiawan, “Kepemimpinan yang Melayani”,www. Trainersclub.or.id. Agustus 2006
[7] Dr. Kenneth Blanchard, di kutip dari Hendry risiawan, “Kepemimpinan yang Melayani”,www. Trainersclub.or.id. Agustus 2006
0 komentar:
Posting Komentar