KEPUASAN PELANGGAN
A.
Definisi Pelanggan
Mutu suatu produk adalah tergantung dari tingkat kepuasan
pelanggan di dalam menggunakan produk
tersebut. Bila dihubungkan dengan Perusahan Transportasi, maka bermutu atau tidaknya Perusahaan tersebut, tergantung kepada puas atau tidaknya masyarakat yang menjadi konsumen Perusahaan
itu. Namun sebelum membahas tentang teori-terori konsep kepuasan pelanggan, maka akan
didefinisikan dahulu mengenai apa sebenarnya yang disebut dengan
pelanggan. Gasperz memberikan beberapa definisi tentang pelanggan, yaitu
(Gasperz, Vincent, 1997):
1.
Pelanggan adalah orang yang
tidak tergantung kepada kita, tetapi kita yang tergantung padanya.
2.
Pelanggan adalah orang yang
membawa kita kepada keinginannya.
3.
Tidak ada seorang pun yang
pernah menang beradu argumentasi dengan pelanggan.
4.
Pelanggan adalah orang yang
teramat penting yang tidak dapat dihapuskan.
Dari beberapa definisi pelanggan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwasannya palanggan adalah orang yang menggunakan jasa kita untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan mereka, dan kita membutuhkan mereka untuk dapat
menjalankan lembaga atau badan yang kita kelola.
A.1 Prinsip Dasar Kepuasan
Pelanggan
Konsep mengenai apa sebenarnya kepuasan pelanggan
banyak telah dinyatakan oleh para pakar. Nasution (Nasution, M.N 2004) mengutip Tse dan Wilton menyatakan bahwa kepuasan agtau
ketidakpuasan pelanggan adalah respons pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian/diskormasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma
kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya. Sedangkan Kotler sebagaimana dikutip oleh Nasution (Nasution, M.N 2004) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia
rasakan dibandingkan dengan harapannya. Dari beberapa definisi di atas,
maka penulis menyimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah suatu kondisi di mana
kondisi terakhir yang diterima oleh pelanggan dari produk yang ia dapat,
sesuai dengan yang ia harapkan dari produk tersebut. Apabila dikaitkan
dengan lembaga perusahaan, maka dapat apa yang didapatkan oleh masyarakat
pengguna perusahaan tersebut, sesuai dengan apa yang ia
harapkan dari perusahaan tersebut.
Kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan
dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Pelanggan adalah orang yang
menerima hasil pekerjaan atau produk seseorang (dalam hal ini adalah output
lembaga pendidikan), maka pelangganlah yang menentukan kualitas suatu produk
atau output. Beberapa unsur penting dalam kualitas yang ditetapkan
pelanggan, yaitu:
- pelanggan harus
merupakan prioritas utama organisasi
- pelanggan yang dapat
diandalkan merupakan pelanggan yang paling penting, yaitu pelanggan yang
membeli berkali-kali
- kepuasan pelanggan
dijamin dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan perbaikan
terus-menerus
A.2 Penyebab Utama Tidak
Terpenuhinya Harapan Pelanggan
Di antara beberapa penyebab tersebut ada yang bisa
dikendalikan oleh penyedia jasa. Dengan demikian penyedia jasa bertanggungjawab
untuk meminimumkan miskomunikasi dan misinterpretasi yang mungkin terjadi dan
menghindarinya dengan cara merancang jasa dan mudah dipahami dengan
jelas. Dengan hal ini, penyedia jasa harus mengambil inisiatif agar ia
dapat memahami dengan benar apa yang akan diberikan.
Pelanggan seringkali memiliki empat skenario jasa yang
berbeda dalam benaknya mengenai apa yang bakal dimilikinya, yaitu:
1.
Jasa ideal
2.
Jasa yang diantisipasi/diharapkan
3.
Jasa yang selayaknya
diterima
4.
Jasa minimum yang dapat
ditoleransi
Pelanggan bisa diharapkan dari keempat skenario
tersebut. harapan membentuk kepuasan apabila jasa minimum yang dapat ditoleransi
ternyata sama atau bahkan melampaui harapan. Sebaliknya, apabila yang
diharapkan tersebut tidak sama atau bahkan tidak memenuhi harapan minimal yang
dapat diterima, maka akan terjadi ketidakpuasan. Pengaruh harapan
terhadap kepuasan digambarkan oleh Midie (Midie, et al, 1993) sebagai berikut:
1.
Makin dekat harapan jasa
yang diharapkan pelanggan dengan jasa minimum yang dapat diterima oleh
pelanggan, makin besar pula kemungkinan tercapainya kepuasan
2.
Palanggan yang puas bisa
berada di mana saja dalam spektrum ini. Yang menentukan adalah posisi
hasil yang diharapkan
A.3 Cara Mengetahui Harapan
Pelanggan
Setelah identifikasi pelanggan dalam segmentasi pasar
telah dilakukan, maka harapan pelanggan dapat ditentukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan berikut (Gaspers, 1997):
1.
Apa karakteristik produk
yang diinginkan pelanggan?
2.
Berapa tingkat performansi
yang dibutuhkan untuk memenuhi harapan pelanggan?
3.
Bagaimana kepentingan
relatif (urutan priorotas) dari setiap karakteristik?
4.
Bagaimana kepuasan
pelanggan terhadap performansi yang ada sekarang?
Jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dapat
ditemukan dengan cara diujikan secara langsung misalnya dengan menanyakannya
kepada para pelanggan secara langsung. Proses pembelajaran kebutuhan,
keinginan, harapan, dan tingkat kepuasan pelanggan ini pada umumnya disebut
sebagai “mendengar suara pelanggan” ( listening to the voice of the
customers).
Ketika terjadi ketidak puasan, maka beberapa kemungkinan
tindakan yang diambil oleh pelanggan adalah sebagai berikut (Fandy, 2000):
- Tidak
melakukan apa-apa
Pelanggan yang tidak puas, praktis tidak akan membeli atau
menggunakan jasa lembaga tersebut.
- Melakukan
complain
Beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seorang
pelanggan yang tidak puas melakukan komplain atau tidak adalah sebagai berikut:
1)
Derajat kepentingan
konsumsi yang dilakukan
2)
Tingkat kepuasan pelanggan
3)
Manfaat yang diperoleh
4)
Pengetahuan dan pengalaman
pelanggan
5)
Sikap pelanggan terhadap
keluhan
6)
Tingkat kesulitan dalam
mendapatkan ganti rugi
7)
Peluang keberhasilan dalam
melakukan complain
- Pindah
ke pemberi jasa yang lain
Kebanyakan
para pengguna bis atau pengguna jasa lainnya, bila tidak sesuai dengan yang
diinginkannya maka akan beralih ke penyedia jasa atau bis yang lain.
A.4 Strategi Kepuasan Pelanggan
Usaha mewujudkan kepuasan pelanggan memang amat sangat
tidak mudah. Tetapi usaha untuk senantiasa memperbaiki kepuasan pelanggan
dapat dilaksanakan dengan berbagai strategi. Dan perlu untuk diingat,
bahwasannya para pelanggan pada hakekatnya adalah tamu yang harus dihormati.
Terutama pada masa sekarang, di mana persaingan antar perusahaan
transportasi meningkat. Maka performa suatu
perusahaan
transportasi berpengaruh besar untuk dapat menarik minat
pelanggan, sehingga diperlukan suatu strategi yang jitu untuk melakukan hal
tersebut. Pada hakekatnya, strategi kepuasan pelanggan akan
menyebabkan para pesaing harus bekerja keras dan memerlukan biaya tinggi dalam
usahanya merebut pelanggan suatu penyedia jasa (perusahaan transportasi). Beberapa strategi yang dapat dilaksanakan antara
lain adalah (Fandy, 2000):
a.
Relationship Marketing
Dalam strategi ini, hubungan transaksi antra penyedia
jasa dan pelanggan bersifat berkelanjutan dan tidak berakhir setelah penjualan
selesai. Dengan kata lain, dijalin suatu kemitraan jangka panjang dengan
pelanggan secara terus-menerus.
b.
Superior Customer Service
Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, penyedia jasa
dapat merancang garansi tertentu. Dalam hal ini, perusahaan
transportasi memiliki peluang yang luar biasa amat luas. Sehingga
pelanggan pengguna bis akan senang mengguna jasa transportasi tertentu.
c.
Unconditional Guarantees/Extraordinary Guarantees.
Perusahaan transportasi sebagai penyedia jasa
memberikan garansi atau jaminan istimewa ini dirancang untuk meringankan
kerugian pelanggan, ketika pelanggan tidak puas dengan jasa yang
didapatkannya. Garansi yang diberikan berupa Garansi Internal serta
garansi Eksternal.
d.
Penanganan Keluhan
Pelanggan
Penanganan keluhan yang baik memberikan peluang untuk
mengubah seorang pelanggan yang tidak puas, menjadi pelanggan yang puas.
Dalam menangani keluhan pelanggan ada empat aspek penting yang harus dilakukan,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution, mengutip pendapat Schnaars:
1) Empati pada pelanggan yang marah
2) Kecepatan dalam penanganan keluhan
3) Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan
permasalahan/keluhan
4) Kemudahan bagi pelanggan untuk menghubungi perusahaan
(penyedia jasa)
B.
Kepuasan
Kata kepuasan (satisfactions)
berasal dari bahasa latin “statis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio”
(melakukan atau membuat), menurut Tjiptono dan Chandra (2004; 195) kepuasan
bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan suatu atau membuat sesuatu memadai.
Wilkie (dalam Tjiptono, 1996) mendefinisikan kepuasan
sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi
suatu produk atau jasa. Tjiptono (1996) berpendapat bahwa kepuasan
adalah respon konsumen/penumpang terhadap evaluasi yang dirasakan antara
harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang
dirasakan setelah pemakaiannya.
Kepuasan bisa diartikan
sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono dan Chandra, 2005: 195). Menurut Oliver
(dalam Barnes, 2003: 64) kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya
kebutuhan.
Kepuasan pelenggan merupakan suatu tingkatan dimana
kebutuhan, keinginan dan harapan dari pelanggan dapat terpenihi yang akan
mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut (Band,
1991). Faktor yang paling penting untuk menciptakan kepuasan konsumen adalah
kinerja dari agen yang biasanya diartikan dengan kualitas dari agen tersebut
(Mowen, 1995).
Oliver dalam (Barnes,
2003:64) menyatakan kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya
kebutuhan yang berarti bahwa penilaian pelanggan atas barang atau jasa
memberikan tingkatkenyamanan yang terkait dengan pemenuhan suatu
kebutuhan,termasuk pemenuhan kebutuhan yang tidak sesuai harapan atau pemenuhan
yang melebihi harapan pelanggan.
Kepusaan pelanggan adalah
rangkuman kondisi psikologisyang dihasilkan ketika emosi yang mengelilingi
harapan yang tidak cocok dilipat gandakan oleh perasaan-perasaan yang terbentuk
dalam pelanggan tentang pengalaman pengkonsumsian (Oliver dalam Peter dan
Olson, 1996:157).
Kepuasan merupakan tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan
dibandingkan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan pelanggan
sepenuhnya dapat dibedakan pada tiga taraf , yaitu:
a. Taraf pertama : Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar pelanggan
b. Taraf kedua : memenuhi harapan pelanggan dengan cara yang dapat membuat
mereka akan kembali lagi.
c.
Taraf
ketiga : melakukan lebih daripada apa
yang diharapkan pelanggan.
Kepuasan pelanggan berbeda
dengan kualitas pelayanan, dimana kepuasan merupakan evaluasi spesifik terhadap
transaksi pemberi jasa, sedangkan persepsi terhadap kualitas jasa terkait
dengan penilaian umum mengenai superioritas pemberi jasa. Meskipun definisi
para ahli tentang kepuasan berbeda, akan tetapi pada dasarnya tingkat kepuasan
merupakan perbandingan antara harapan pelanggan dan nilai produk atau jasa
pelanggan. Soelasih (2004; 86) mengemukakan tentang harapan dan persepsi
sebagai berikut :
a.
Nilai harapan = nilai persepsi maka konsumen puas
b.
Nilai harapan < >
c.
Nilai harapan > nilai persepsi maka konsumen tidak puas
Menutut Kotler (2002; 42)
definisi kepuasan adalah “perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap
kinerja (hasil) yang diharapkan jika kinerja berda dibawah harapan, maka
pelanggan tidak puas”.
Dengan demikian tingkat
kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila
kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja
melebihi harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat
dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan
informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama,
kurang sensitive terhadap harga dan member komentar yang baik bagi perusahaan.
Menurut Kotler (1997) kualitas
harus dirasakan oleh pelanggan, usaha kualitas harus dimulai dengan kebutuhan
pelanggan dan berakhir dengan persepsi pelanggan. Untuk menciptakan kualitas
pelayanan yang baik dimata pelanggan, maka setiap perusahaan harus mampu
bekerjasama dengan para pelanggan. Dengan memberikan kualitas pelayanan yang
diharapkan oleh pelanggan, maka akan menimbulkan minat pembelian dari diri
pelanggan itu sendiri. Diungkapkan pula oleh Kotler dalam bukunya Manajemen
Pemasaran (2000; 32), bahwa jasa adalah: “segala aktivitas yang ditawarkan
untuk dijual oleh suatupihak yang secara esensial tidak berwujud dan tidak
menghasilkan kepemilikan atas apapun”. Dari definisi tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa jasa tidak berwujud, namun dapat dirasakan bila kita telah
membeli produk tersebut.
C.
Konsep Kepuasan Pelanggan
Era Globalisasi saat ini telah
memberikan berbagai tantangan bagi
setiap perusahaan, karena di Era Globalisasi ini berbagai jenis jasa dengan
ratusan mereka membanjiri pasar Indonesia. Kebutuhan akan alat transportasi
semakin meningkat sesuai dengan perkembangan penduduk dan pesatnya pembangunan
diberbagai sektor kehidupan. Maka dari
itu semakin banyak aktivitas manusia semakin komplek dan untuk mendukung
aktifitas tersebut dibutuhkan alat
transportasi. Pengangkutan atau transportasi secara umum diartikan
sebagai rangkaian kegiatan memindahkan barang atau manusia dari tempat asal ke tempat tujuan dengan menggunakan
salah satu transportasi yang dapat meliputi roda transportasi darat.
Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep
sentral dalam wacana bisnis dan manajemen (Tjiptono dan Chandra, 2005: 192).
Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi
dapat diterima dan dinikmatinya dengan pelayanan yang baik atau memuaskan
(Assauri, 2003: 28). Kepuasan pelanggan dapat membentuk persepsi dan
selanjutnya dapat memposisikan produk perusahaan di mata pelanggannya.
Kualitas merupakan inti kelangsungan
hidup sebuah lembaga. Gerakan revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu
terpadu menjadi tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika suatu lembaga ingin
hidup dan berkembang, Persaingan yang semakin ketat akhir-akhir ini menuntut
sebuah lembaga penyedia jasa/layanan untuk selalu memanjakan konsumen/pelanggan
dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pelanggan akan mencari produk berupa
barang atau jasa dari perusahaan yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik
kepadanya (Assauri, 2003: 25).
Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya
pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono dan Chandra, 2005:
195). Menurut Oliver (dalam Barnes, 2003: 64) kepuasan adalah tanggapan
pelanggan atas terpenuhinya kebutuhan; sedangkan Kotler (2003: 61)
mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang
dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk
dengan harapan-harapannya.
Dewasa ini perhatian terhadap kepuasan
maupun ketidakpuasan pelanggan telah semakin besar. Semakin banyak pihak yang
menaruh perhatian terhadap hal ini. Pihak yang paling banyak berhubungan
langsung dengan kepuasan/ketidakpuasan pelanggan adalah pemasar, konsumen,
konsumeris, dan peneliti perilaku konsumen. Persaingan yang semakin ketat, di
mana semakin banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen, menyebabkan setiap perusahaan harus menempatkan orientasi
pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama. Hal ini tercermin dari semakin
banyaknya perusahaan yang menyertakan komitmennya terhadap kepuasan pelanggan
dalam pernyataan misinya, iklan, maupun public relations release. Dewasa
ini semakin diyakini bahwa kunci utama untuk memenangkan persaingan adalah
memberikan nilai dan kepuasan kepada pelanggan melalui penyampaian produk dan
jasa berkualitas dengan harga bersaing.
Menurut Schnaars (1991), pada dasarnya
tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa
puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat,
diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis,
memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas
pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth)
yang menguntungakan bagi perusahaan (Tjiptono, 1996).
Ada beberapa pakar yang memberikan
definisi mengenai kepuasan/ketidakpuasan pelanggan. Day (dalam Tse dan Wilton, 1998)
menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelangan adalah respon pelanggan
terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan
antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual
produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Wilkie (1990) mendefinisikannya sebagai
suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu
produk atau jasa. Engel, et al..(1990) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila
hasil (outcome) tidak memenuhi harapan. Kotler, (1996) menandaskan bahwa
kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
(atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
Dari berbagai definisi di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup
perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Pengertian ini
didasarkan pada disconfirmation paradigm dari Oliver (dalam Engel, et
al.., 1990; Pawitra, 1993).
Meskipun umumnya definisi yang
diberikan di atas menitikberatkan pada kepuasan/ketidakpuasan terhadap produk
atau jasa, pengertian tersebut juga dapat diterapkan dalam penilaian
kepuasan/ketidakpuasan terhadap suatu perusahaan tertentu karena keduanya
berkaitan erat (Peterson dan Wilson, 1992; Pawitra, 1993).
Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap
produk, jasa, atau perusahaan tertentu, konsumen umumnya mengacu pada berbagai
faktor atau dimensi. Sementara itu dalam mengevaluasi jasa yang bersifat intangible,
konsumen umumnya menggunakan beberapa atribut atau faktor berikut (Parasuraman,
et al., 1985) :
1.
Bukti
langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai
serta sarana komunikasi.
2.
Kehandalan
(reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera, akurat, dan memuaskan.
3.
Daya
tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staff dan karyawan untuk
membantu para pelanggan dan memberikan pelayan dengan tanggap.
4.
Jaminan
(assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko atau
keragu-raguan.
5.
Empati
(Emphaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
D. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Kotler, et al.,(1995) mengidentifikasi
4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut :
a. Sistem
keluhan dan Saran
Setiap
organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer-oriented) perlu
memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan
saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa berupa
kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis (yang mudah
dijangkau atau sering dilewati pelanggan), kartu komentar (yang bisa diisi
langsung maupun yang bisa dikirim via pos kepada perusahaan), saluran telepon
khusus bebas pulsa, dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh melalui
metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga kepada
perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk bereaksi dengan tanggap dan
cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. Akan tetapi, karena
metode ini bersifat pasif, maka sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai
kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak
puas akan menyampaikan keluhannya. Bisa saja mereka langsung beralih
pemasok dan tidak akan membeli produk atau menggunakan jasa perusahaan tersebut
lagi.
Upaya
mendapatkan saran yang bagus dari pelanggan juga sulit diwujudkan dengan
metode ini. Terlebih lagi bila perusahaan tidak memberikan imbal balik dan
tindak lanjut yang memadai kepada mereka yang telah bersusah payah ‘berpikir’
(menyumbang ide) kepada perusahaan.
b.
Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh
gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan memperkerjakan
beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap
sebagai pelanggan/pembeli potensial produk atau jasa perusahaan dan
pesaing. Kemudian mereka melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan
dan kelemahan produk atau jasa perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman
mereka dalam pembelian produk-produk atau penggunaan jasa tersebut. Selain itu
para ghost shopper juga dapat
mengamati cara perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan pelanggan,
menjawab pertanyaan pelanggan dan menangani setiap keluhan. Ada baiknya setiap
manajer perusahaan terjun langsung menjadi ghost shopper untuk
mengetahui langsung bagaimana karyawannya berinteraksi dan memperlakukan
para palanggannya. Tentunya karyawan tidak boleh tahu kalau atasannya
sedang melakukan penelitian atau penilaian (misalnya dengan cara menelepon
perusahaannya sendiri dan mengajukan berbagai keluhan atau pertanyaan).
Bila mereka tahu sedang dinilai, tentu saja perilaku mereka akan menjadi
sangat manis dan hasil penilaian akan menjadi bias.
c.
Lost Customer Analysis
Perusahaan seyogyanya menghubungi para
pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok
agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil
kebijakan perbaikan/penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit
interview saja yang perlu, tetapi pemantauan customers loss rate juga
penting, di mana peningkatan customers loss rate menunjukkan kegagalan
perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
d. Survai Kepuasan Pelanggan
Umumnya banyak penelitian mengenai
kepuasan pelanggan yang dilakukan dengan metode survai, baik dengan survai
melalui pos , telepon, maupun wawancara pribadi (McNeal dan Lamb dalam Peterson
dan Wilson, 1992). Melalui survai perusahaan akan memperoleh tanggapan dan
umpan balik (feedback) secara langsung dari pelanggan dan juga
memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian
terhadap para pelanggannya. Berdasarkan keempat metode yang telah dijabarkan
diatas, ada beberapa kekurangan dan kelebihan terkait dengan penelitian yang
dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti memilih metode yang keempat yaitu
metode dengan Survai Kepuasan Pelanggan. Karena dengan survai kepuasan
pelanggan hasil yang diperoleh lebih akurat dan tepat karena peneliti langsung
terjun ke lapangan dan melakukan wawancara langsung dengan pengguna
jasa/konsumen XXXXX, sehingga dapat langsung mengetahui
keluhan/kendala yang dihadapi konsumen.
Dengan demikian diharapkan mendapatkan
masukan-masukan dari para pengguna jasa yang nantinya dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk kemajuan perusahaan. Disamping itu juga tidak membutuhkan
waktu yang lama dan biaya relatif lebih rendah dibandingkan dengan ketiga
metode diatas.
E. Teknik Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa
metode survai merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam
pengukuran kepuasan pelanggan. Metode survai kepuasan pelanggan dapat
menggunakan pengukuran dengan berbagai cara sebagai berikut :
a.
Pengukuran
dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti “Apakah anda sudah
merasa puas terhadap pelayanan XXXXX” (directly reported
satisfaction) dan dengan diberikan beberapa pilihan jawaban yang sesuai
dengan diri responden.
b.
Responden
diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut
tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan (derived dissatisfaction).
c.
Responden
diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan
penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk menuliskan perbaikan-perbaikan
yang mereka sarankan (problem analysis).
Responden dapat diminta untuk meranking berbagai elemen (atribut) dari
penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik
kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen (importance/performance
ratings). Teknik ini dikenal pula dengan istilah importance-performance
analysis (Martilla dan James, 1997).
literaturnya gak ada..
BalasHapusulasan menarik dan aktual...terima kasih.
BalasHapusmakasih min, postingannya membantu saya dalam menyusun proposal skripsi...
BalasHapusArtikel yang sangat bagus sekali, bermanfaat dan menambah wawasan. Untuk keperluan pelayanan ada mesin yang sangat penting, mesin yang akan di produksi massal, mesin fenomenal dan viral di masa sekarang dan masa depan yaitu : klik di bawah ini ...
BalasHapusMESIN ANTRIAN
MESIN ANTRIAN BANK
MESIN ANTRIAN PUSKESMAS
MESIN ANTRIAN RUMAH SAKIT
MESIN ANTRIAN KANTOR
MESIN ANTRIAN KECAMATAN
Pabrik mesin antrian terraguno, handal dan terpercaya.
MATURNUWUN .. SEMOGA BAROKAH