BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa
latin “communis” atau “commo” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama.
Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna,
“commonness”.
Komunikasi adalah proses suatu ide
dialihkan dari sumber kepada penerima atau lebih, dengan maksud merubah tingkah laku mereka. ( Everett M. Rogers ).
Komunikasi
adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk, melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. ( Rogers & D. Lawrence
Kincaid, 1981 )
1.
Unsur – unsur komunikasi :
a. Komunikator (source)
adalah pihak yang mengirimkan pesan
kepada pihak lain
b.
komunikan (receiver)
adalah pihak yang menerima pesan dari
pihak lain atau dari komunikator.
c. Pesan adalah informasi yang disampaikan atau diekspresikan
oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan dapat efektif bila
terorganisir dan direncanakan dengan baik.
d.
Media atau channel Adalah
alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan pengumuman, telepon
dan lainnya.
e.
Feedback adalah
isyarat atau umpan balik, tanggapan komunikan baik dalam bentuk verbal atau non
verbal.
f.
Enconding dan deconding
2.
Tujuan Komunikasi Menurut Hewitt
a.
Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
b.
Mempengaruhi perilaku orang
c.
Mengungkapkan perasaan
d.
Menjelaskan perilaku sendiri
atau perilaku orang lain
e.
Berhubungan dengan orang lain
f.
Menyelesaikan sebuah masalah
g.
Mencapai tujuan
B.
Komunikasi Organisasi
Istilah organisasi berasal
dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari
bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada
yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.
Komunikasi organisasi pada umumnya
membahas tentang struktur dan fungsi organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya
organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan
dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain
meliputi arus komunikasi vertikal dan horisontal.
Komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal
maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005)
C.
Persepsi Komunikasi Organisasi
Persepsi mengenai komunikasi organisasi perlu
diketahui sebagai dasar untuk memahami apa yang dimaksud dengan
komunikasi organisasi.
1.
Persepsi Redding dan
Sanborn Komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang
termasuk bidang ini adalah :
a.
komunikasi internal
b.
hubungan manusia
c.
hubungan persatuan pengelola
d.
komunikasi downward ( komunikasi dari
atasan kepada bawahan )
e.
komunikasi upward ( komunikasi dari
bawahan kepada atasan )
f.
komunikasi horizontal ( komunikasi
dari orang-orang yang sama tingkatnya dalam organisasi )
2.
Persepsi Katz dan Kahn Komunikasi organisasi merupakan arus informasi,
pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi.
3.
Persepsi Zelko dan Dance Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang
saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
4.
Persepsi Thayer Dia memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam
organisasi yaitu :
a.
berkenaan dengan kerja organisasi
seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi
b.
berkenaan dengan pengaturan
organisasi seperti perintah, aturan dan petunjuk
c.
berkenaan dengan pemeliharaan dan
pengembangan organisasi (hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuat iklan
dan latihan).
dan latihan).
5. Persepsi Greenbaunm Bidang komunikasi organisasi termasuk arus
komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan komunikasi
internal dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sebagai
koordinasi pribadi dan tujuan organisasi serta masalah menggiatkan aktivitas.
D.
Fungsi Komunikasi Dalam
Organisasi
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam
organisasi adalah sebagai berikut :
1.
Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang
sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam
suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih
baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang
dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2.
Fungsi regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan
yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif, yaitu :
a.
Berkaitan dengan orang-orang
yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan
untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya
perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya
b.
Berkaitan dengan pesan.
Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan
membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh
untuk dilaksanakan.
3.
Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu
organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih
suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
4.
Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha
untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas
dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal
tersebut, yaitu :
a. Saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan
kemajuan organisasi.
b.
Saluran komunikasi informal
seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan
olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
E.
Teori komunikasi organisasi
1.
Teori klasik
Griffin (2003) dalam A
First Look at Communication Theory, membahas komunikasi organisasi
mengikuti teori management klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya
produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori management
klasikal adalah sebagai berikut:
a.
kesatuan
komando-
suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan
b.
rantai skalar- garis otoritas dari atasan
ke bawahan, yang bergerak dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai
ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai
suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi.
c.
divisi
pekerjaan-
manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang
dirancang untuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien.
d.
tanggung jawab
dan otoritas-
perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan
seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus
dicapai.
e.
disiplin- ketaatan, aplikasi, energi,
perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan
disetujui.
f.
mengebawahkan
kepentingan individu dari kepentingan umum- melalui contoh peneguhan, persetujuan
adil, dan pengawasan terus-menerus.
2.
Teori peralihan
Teori tradisional muncul sebagai
reaksi atas konsep-konsep yang dikemukakan oleh para ahli teori klasik meskipun
tidak sepenuhnya mengabaikan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh teori klasik.
Pendekatan yang dilakukan oleh ahli teori ini adalah pendekatan perilaku atau
bahavioral approach (human relation approach). Pendekatan ini dilakukan dengan
mengadakan eksperimen yang dikenal dengan Hawthorne Experiment.
Hasil eksperimen tersebut adalah :
a.
Sistem sosial para pekerja ikut
berperan dalam organisasi formal
b.
Imbalan nonfinansial dan sanksi
berperan dalam mengarahkan perilaku pegawai
c.
Kelompok ikut berperan dalam
menentukan kinerja dan sikap anggota kelompok
d.
Munculnya pola kepemimpinan informal
e.
Komunikasi yang makin intensif
f.
Kepuasan dan kenyamanan bekerja
meningkat
g.
Pihak manajemen dituntut untuk lebih
memahami situasi sosial.
3.
Teori modern
Modern perspective- luthan &
lersen 1986. Pada dasarnya komunikasi dalam organisasi dapat dipisahkan menjadi
dua sumbu, vertikal dan horisontal.
F.
Bentuk Komunikasi dalam
organisasi
1.
Management informasi sistem misalnya
: dengan memakai komputer, data informasi
2.
Telecomunication : komunikasi dengan
peralatan
3.
Non Verbal comunication : tactile,
pralinguistic, proxemic, olfaksi
4.
Interpersonal comunication :
komunikasi yang terjadi antar individu
5.
Organisational comunication process :
intruksi atau komando, laporan, sub group, staff
G.
Gaya Komunikasi Organisasi
1.
Gaya komunikasi mengendalikan
Gaya komunikasi mengendalikan (dalam
bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran
dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak - pihak yang memakai controlling
style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan
dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau
feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator
satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi
justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain
mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari
komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan
bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang
dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk
mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada
umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat
mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain
memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
2.
Gaya komunikasi dua arah
Dalam gaya komunikasi ini,
tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organnisasi
The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian
bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah (two-way communication).
Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap
kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang
lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian
style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini
efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk
mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi
ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para
anggota dalam suatu organisasi.
3.
The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini,
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan
perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta
struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang
tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam
organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of
Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan
yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating
Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator)
struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan
verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4.
The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini
memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami
bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The
dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye
ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang
agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja
dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan
dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan
persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk
mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5.
The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan
kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada
keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai
hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini
akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan
orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia
untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6.
The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini
digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari
orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena
ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh
orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah
ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”.
Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab,
tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi
dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks
komunikasi organisasi.
H.
Proses Komunikasi Organisasi
Ada empat dimensi komunikasi dalam organisasi
yaitu :
1.
Downward communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung
ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah :
a.
Pemberian atau penyimpanan instruksi
kerja (job instruction)
b.
Penjelasan dari pimpinan tentang
mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale )
c.
Penyampaian informasi mengenai
peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d.
Pemberian motivasi kepada karyawan
untuk bekerja lebih baik.
2.
Upward communication
Yaitu komunikasi yang terjadi ketika
bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi
dari bawah ke atas ini adalah :
a.
Penyampaian informai tentang
pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b.
Penyampaian informasi tentang
persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh
bawahan
c.
Penyampaian saran-saran perbaikan
dari bawahan
d.
Penyampaian keluhan dari bawahan
tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3.
Horizontal communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung di
antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi
arus komunikasi horisontal ini adalah :
a.
Memperbaiki koordinasi tugas
b.
Upaya pemecahan masalah
c.
Saling berbagi informasi
d.
Upaya pemecahan konflik
e.
Membina hubungan melalui kegiatan
bersama
4.
Interline communication
Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi
informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif
dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka
berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi
lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu
berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi
untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal
maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal
adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam
organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat
resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
sosial. Orientasinya bukan
pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Di dalam kelompok/organisasi terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting
untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan
bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications
atau komunikasi timbal balik, untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Hubungan yang terjadi merupakan suatu
proses dari suatu keinginan masing-masing individu untuk memperoleh suatu hasil
yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Kehidupan organisasi tidak mungkin dipisahkan dari komunikasi efektif.
Komunikasi efektif tergantung pada kemampuannya menjawab dan mengantisipasi
perubahan lingkungan luar organisasi sesuai dengan perkembangan internal
organisasi itu sendiri. Di samping itu dalam komunikasi didasari beberapa
perspektif dalam pengembangannya sehingga berperanan penting dalam organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Littlejohn, Stephen , Theories of Human
Communication, Wadsworth Publishing Company, 1999
Em Griffin, 2003, A First Look at Communication
Theory, McGrraw-Hill Companies
Sendjaja, Sasa Juarsa. Teori Komunikasi. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2005
Mulyana, A. 2008. Komunikasi Dalam Organisasi
0 komentar:
Posting Komentar