1.
Pengertian Happiness
Kebahagiaan adalah istilah umum yang menunjukkan kenikmatan atau
kepuasan yang menyenangkan dalam kesejahteraan, keamanan, atau pemenuhan
keinginan. Kebahagiaan merupakan tujuan utama dalam kehidupan manusia. Jika
seseorang gagal mendapatkan kebahagiaan, maka hidup ini akan menjadi suatu
pengalaman yang menyedihkan. Kebahagiaan adalah rasa puas, tenang, ketentraman
batin, dan tidak adanya ketegangan. Kebahagiaan bukan semata-mata suatu
perasaan atau keadaan yang menyenangkan, tetapi juga suatu kondisi yang
meningkatkan kualitas hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi-potensi
seseorang. Suatu perasaan bahagia merupakan bukti keberhasilan seseorang dalam
hidupnya. Kebahagiaan merupakan prestasi yang paling hebat (Indriana, 2012).
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebahagiaan
adalah kesenangan dan ketentraman hidup yang tidak hanya secara lahir saja
tetapi juga secara batin. Bahagia juga diartikan sebagai keberuntungan dan
kemujuran.
Menurut Diener
(Diponegoro, 2013) kebahagiaan mempunyai istilah ilmiah yakni kesejahteraan
subyektif. Menurut
Diener definisi dari kesejahteraan subyektif yakni evaluasi afektif dan
kognitif mengenai kehidupan. Evaluasi afektif yakni banyak tidaknya afek
positif dan afek negative yang dirasakan, sedangkan evaluasi kognitif orang
bahagia berupa kepuasan hidup yang tinggi.
Kebahagiaan menurut
Mustofa (2008) yaitu kesenangan, kesukaan, dan kepuasan hati mengenai segala
peristiwa yang telah terjadi. Menurut Carr (2004) kebahagiaan bergantung pada kepuasan evaluasi
kognitif meliputi kehidupan keluarga, pekerjaan, pengaturan, dan pengalaman afektif.
Seligman (2005) mengatakan bahwa pada umumnya
kebahagiaan mengacu kepada emosi positif yang dirasakan dan aktivitas positif
yang disukai individu. Kebahagiaan
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yakni pemicu
yang berasal dari luar diri, meliputi agama, pernikahan dan kehidupan sosial
yang memuaskan. Faktor internal yakni pemicu yang berasal dari dalam diri, seperti perasaan
bahagia yang ditandai dengan adanya keadaan emosi positif masa lalu, masa
sekarang, dan masa depan. Emosi positif masa lalu meliputi perasaan bangga,
puas dan tenang. Emosi positif pada masa sekarang meliputi semangat, riang,
gembira, ceria pada aktifitas yang disukai. Sedangkan emosi positif pada masa
depan meliputi optimis, keyakinan, harapan, kepercayaan.
Kebahagiaan dalam
perspektif islam menurut Al-Ghazali dalam kitab Kimiya al-Sa;adah, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia
berhasil mencapai ma’rifatullah, telah
mengenal Allah. Kemudian dalam kitab tersebut Al-Ghazali juga menyatakan:
Sesungguhnya kenikmatan
dan kebahagiaan bagi manusia itu adalah ma’rifatullah.
Ketahuilah bahagia pada sesuatu adalah bila merasakan nikmat, kesenangan
dan kelezatannya, karena rasa tersebut adalah menurut perasaan masing-masing.
Maka kelezatan (mata) adalah melihat ada rupa yang indah, kenikmatan telinga
apabila mendengar suara yang merdu, demikian juga segala anggota yang lain dan
tubuh manusia (Sholihah, 2016).
Adapun kenikmatan hati
menurut Al-Ghazali yaitu ma’rifat kepada Allah, karena hati diciptakan
sejatinya untuk mengingat Tuhan. Seseorang rakyat jelata akan sangat gembira
apabila dapat berkenalan dengan seseorang pejabat tinggi atau menteri lalu
kegembiraan itu akan naik berlipat-lipat apabila ia bisa berkenalan dengan yang
lebih tinggi yaitu presiden atau raja. Oleh karena itu, tentu dengan mengenal
Allah adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari yang dibayangkan
manusia, kerena tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Sehingga
tidak ada ma’rifat yang lebih lezat
daripada ma’rifatullah (Sholihah,
2016).
Dengan demikian menurut
perspektif al-Ghazali, kebahagiaan itu terpilih menjadi kebahagiaan hakiki
yaitu akhirat dan kebahagiaan perlambang atau majazi, yaitu kebahagiaan di
dunia dan bahkan ada kebahagiaan yang salah. Selain itu kriteria orang yang
bahagia menurut Al-Ghazali adalah seseorang yang dalam dirinya telah dikuasai
cinta hanya kepada Allah. Karena apabila hatinya telah dikuasai cinta kepada
Allah maka akan menghirup lebih banyak kebahagiaan dari penampakan-Nya
dibanding dengan orang yang tidak mencintai Allah.
Berdasarkan beberapa
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah suatu hal
yang berkaitan dengan emosi dan aktifitas positif yang digemari oleh individu,
hal ini mengacu pada teori Seligman (2005).
2.
Aspek-aspek Happiness
Berikut komponen happiness
yang dikemukakan oleh Seligman (2005) yakni sebagai berikut:
a. Emosi positif
mengenai masa lalu
Emosi positif
mengenai masa lalu ialah tentang kebanggaan, kelegaan, kepuasan, kesuksesan,
dan kedamaian. Kurangnya pemahaman mengenai peristiwa di masa lalu akan
menyebabkan turunnya tingkat kelegaan, kepuasan, dan ketenangan seseorang.
b. Emosi positif
mengenai masa sekarang
Beberapa keadaan
yang berbeda tentang masa lalu dan masa depan mengenai emosi positif masa sekarang,
yakni:
1. Kenikmatan
Kenikmatan yakni kesukaan yang
ada hubungannya dengan indra manusia yang jelas dan disertai emosi yang kuat, yang
biasa disebuti oleh para filsuf sebagai “perasaan dasar” (raw feels): ekstase,
gairah, orgasme, rasa senang, dan nyaman.
2. Gratifikasi
Gratifikasi berawal dari
aktifitas yang sangat di senangi, tetapi tidak serta merta disertai perasaan
dasar. Gratifikasi membuat seseorang terlibat secara menyeluruh sehingga
perhatian terhadap sekitar berkurang. Membaca buku bagus, mendengarkan music,
menikmati percakapan yang bermanfaat dan menyenangkan ialah beberapa contoh
aktifitas yang seakan menghentikan waktu bagi seseorang. Gratifikasi melibatkan
banyak sekali pemikiran dan interpretasi serta bertahan lebih lama dari sekedar
kenikmatan.
c. Emosi positif
mengenai masa depan
Emosi positif
mengenai masa depan meliputi harapan, kepastian, kepercayaan, keyakinan, juga
optimisme. Optimisme dan harapan memberi kekuatan dalam menghadapi depresi
ketika kondisi sedang buruk, meningkatkan kinerja, dan dapat menjadikan
kesehatan fisik semakin baik.
Menurut Hills & Argyle dalam Tia Safira (2016), kebahagiaan memiliki
tujuh aspek yaitu sebagai berikut:
1. Merasakan kepuasan terhadap hidup yang dijalani
Kepuasan hidup adalah suatu kondisi yang bersifat khas pada orang lain
yang memiliki semangat hidup dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan
berbagai perubahan kondisi di dalam diri maupun kondisi lingkungannya.
2. Sikap ramah dalam lingkungan sosial
Seseorang bisa bersikap baik dalam tatanan norma masyarakat sehingga akan
terwujud suatu keakraban dan keharmonisan sosial yang melahirkan efek positif
bagi lingkungan.
3. Mempunyai sikap empati
Empati merupakan suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang
lain dan menangkat arti perasaan tersebut kemudia menunjukkannya ke dalam
perilaku bahwa individu tersebut sungguh-sungguh memahami perasaan orang lain,
selain itu empati mengomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap
perasaan orang lain secara tepat.
4. Memiliki pola pikir yang positif
Pikiran positif akan menimbulkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta
kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan.
5. Merasakan kesejahteraan dalam hidup
Kesejahteraan hidup dapat dirasakan ketika seseorang mampu menerima
keadaan dirinya serta lingkungan sekitarnya sehingga dapat merasakan afek
positif berupa kepuasan yang dapat mengarah kepada kebahagiaan.
6. Bersikap riang dan ceria
Kondisi emosi seseorang yang memunculkan suka cita dan kesenangan hati
akan sesuatu yang telah dijalani dalam hidupnya.
7. Memiliki harga diri yang positif
Harga diri yaitu penilaian positif atau negatif yang dihubungkan dengan
konsep diri seseorang. Individu yang memiliki harga diri yang positif tentunya
akan lebih dapat merasakan kebahagiaan daripada individu yang memiliki harga
diri yang negatif.
Aspek-aspek happiness
yang dikemukakan oleh Carr (2004):
a. Aspek Afektif
Aspek afektif
mewakili pikiran-pikiran positif dan pengalaman emosional seseorang seperti
rasa riang, senang dan berbagai emosi positif lainnya.
b. Aspek Kognitif
Aspek kognitif
mewakili evaluasi kognitif dan kepuasan terhadap berbagai domain dalam
kehidupan.
Menurut Myers (1995) terdapat empat aspek kebahagiaan yaitu:
a. Menghargai Diri Sendiri
Menghargai diri sendiri adalah kecenderungan individu untuk menyukai
dirinya sendiri dengan menyetujui pernyataan.
b. Optimis
Optimis adalah kepercayaan untuk berhasil saat melakukan sesuatu yang
baru, sehingga cenderung lebih sukses, sehat, dan bahagia. Individu yang
optimis menyetujui pernyataan.
c. Terbuka
Individu yang tergolong extrovert cenderung lebih terbuka terhadap orang
lain serta lebih mudah bersosialisasi dibandingkan orang-orang yang tergolong
introvert sehingga lebih merasa bahagia.
d. Mampu Mengendalikan Diri
Mengendalikan diri adalah kontrol individu terhadap diri sendiri sehingga
lebih mampu memahami kelebihan di dalam diri yang membuatnya menjadi lebih
berdaya.
Berdasarkan beberapa aspek yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti
memutuskan menggunakan aspek Seligman (2005) tentang kebahagiaan yang
ditunjukkan dengan emosi positif pada masai lalu, emosi positif pada masa
sekarang dan emosi positif pada masa depan. Hal ini berdasar
pada aspek kebahagiaan yang ditawarkan Seligman (2005) lebih sesuai dan mudah
dipahami dengan focus pembahasan dalam penelitian ini.
3.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Happiness
Seligman
(2005) dalam buku yang berjudul “Authentic
Happiness: Menciptakan Kebahagiaan Dengan Psikologi Positif membedakan
kebahagiaan yang bersifat sementara dengan kebahagiaan yang menetap. Ia
menyatakan bahwa kebahagiaan yang menetap merupakan hasil kontribusi dari
lingkungan (circumstance) dan
faktor-faktor yang berada di bawah pengendalian diri seseorang (voluntary control) seseorang.
a.
Lingkungaan (circumstance)
Seligman
(2005) memberikan delapan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kebahagiaan
seseorang, namun tidak semua memiliki pengaruh yang besar terhadap kebahagiaan.
Berikut ini adalah penjabaran dari faktor-faktor lingkungan yang berkontribusi
terhadap kebahagiaan seseorang menurut Seligman (2005), diantara lain adalah:
Beberapa faktor yang mempengaruhi happiness individu (Seligman,
2005):
a. Uang
Di negara-negara yang sangat miskin, yang
dimana kemiskinan dapat mengancam nyawa, memang kaya bisa berarti lebih
bahagia. Namun, di negara yang lebih makmur, tempat hampir semua orang
memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada
kebutuhan pribadi. Individu yang menempatkan uang di atas goal (tujuan) yang
lainnya juga akan cenderung menjadi kurang puas dengan pemasukan dan
kehidupannya secara keseluruhan (Seligman, 2005).
b. Pernikahan
Pernikahan sangat berhubungan dengan kebahagiaan, Pernikahan memiliki dampak yang jauh lebih
besar dibanding uang dalam mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Seseorang yang
menikah cenderung lebih bahagia dari mereka yang tidak menikah, namun jika
pasangan merasa tidak bahagia dalam rumah tangganya, mereka memiliki tingkat
kebahagiaan yang lebih rendah dibanding mereka yang bahkan tidak menikah. Lebih
bahagianya individu yang telah menikah bisa karena pernikahan menyediakan
keintiman psikologis dan fisik, konteks untuk memiliki anak, membangun rumah tangga,
dan mengafirmasi identitas, serta peran sosial sebagai orang tua.
c. Kehidupan Sosial
Individu yang memiliki tingkat kebahagiaan
tinggi umumnya memiliki kehidupan sosial yang memuaskan dan menghabiskan banyak
waktu bersosialisasi. Orang yang sangat bahagia paling sedikit menghabiskan
waktu sendirian. Sehingga keikutsertaan seseorang dalam aktivitas yang
membuatnya bertemu dengan banyak teman akan berkontribusi positif terhadap
kebahgiaan.
d. Emosi Positif
Penelitian yang dilakukan oleh Norman Bradburn
(1969) diketahui bahwa individu yang mengalami banyak emosi negatif akan
mengalami lebih sedikit emosi positif, dan sebaliknya. (Seligman, 2005) hanya
terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dengan emosi negatif.
Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, maka dimungkinkan memiliki
lebih sedikit emosi positif dibandingkan rata-rata. Meskipun demikian tidak
berarti orang yang memiliki banyak emosi negatif akan tercampak dari kehidupan
yang gembira. Demikian pula meskipun individu memiliki banyak emosi positif
dalam hidup, tidak berarti individu tersebut sangat terlindung dari kepedihan.
e. Usia
Studi mengenai kebahagiaan terhadap 60.000 orang dewasa di 40 negara
membagi kebahagiaan dalam tiga komponen, afek menyenangkan, afek tidak
menyenangkan, dan kepuasan hidup.
Kepuasan hidup meningkat perlahan seiring dengan usia, afek menyenangkan
menurun sedikit, dan afek tidak menyenangkan tidak berubah. Berdasarkan hasil
tersebut, maka usia muda bukan berarti lebih bahagia dibanding dengan usia tua.
f.
Kesehatan
Kesehatan yang dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang adalah
kesehatan yang dipersepsikan (kesehatan subjektif), bukan kesehatan yang sebetulnya
dimiliki (kesehatan objektif). Masalah ringan dalam kesehatan tidak lantas
membuat seseorang merasa tidak bahagia, tetapi sakit parahlah yang
menyebabkannya.
g. Agama
Seseorang yang religius cenderung lebih bahagia dan puas akan hidupnya
dibanding dengan seseorang yang tidak religius. Agama mengisi umat manusia
dengan harapan akan masa depan dan menciptakan makna kehidupan. Keterlibatan
agama dikaitkan dengan gaya hidup sehat, baik secara fisik atau psikologis yang
ditandai dengan kesetiaan dan perilaku altruistic prososial yang mana salah
satu bentuk dari perilaku altruistic prososial ialah pemaafan.
h.
Pendidikan,
iklim, ras, dan gender
Keempat hal ini memiliki pengaruh yang tidak
terlalu besar terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Pendidikan mempunyai
pengaruh yang sedikit terhadap kebahagiaan. Pendidikan dapat sedikit
meningkatkan kebahagiaan pada mereka yang berpenghasilan rendah karena
pendidikan merupakan sarana untuk mencapai pendapatan yang lebih baik. Iklim di
daerah dimana seseorang tinggal dan ras juga tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebahagiaan. Sedangkan gender, antara pria dan wanita tidak
terdapat perbedaan pada keadaan emosinya, namun ini karena wanita cenderung
lebih bahagia dan lebih sedih dibandingkan pria.
b.
Faktor Yang Berada Di
Bawah Pengendalian Diri Seseorang (voluntary
control)
Menurut
Seligman (2005) terdapat tiga faktor yang berada di bawah pengendalian diri
seseorang (voluntary control) yang
berkontribusi terhadap kebahagiaan, yaitu kepuasan terhadap masalalu,
kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimisme terhadap masa depan. Ketiga hal
tersebut tidak selalu dapat dirasakan secara bersamaan, seseorang bisa saja
bangga dan puas terhadap masa lalunya namun merasa getir dan pesimis terhadap
masa sekarang dan yang akan datang.
Faktor
yang berada di bawah pengendalian diri seseorang (voluntary control) yang berkontribusi terhadap kebahagiaan berbeda
dengan faktor lingkungan, dimana faktor ini merupakan hal-hal yang berada dalam
kontrol secara sadar seseorang. Faktor ini terdiri atas kepuasan terhadap masa
lalu, kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimisme terhadap masa depan,
seperti halnya yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Kepuasan Terhadap Masa
Lalu
Kepuasan
terhadap masa lalu dapat dicapai melalui tiga cara, yakni:
a.
Merubah pandangan masa
lalu sebagai penentu masa depan seseorang. Misalnya, seorang lansia yang
dulunya pernah mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan dalam kehidupannya.
b.
Gratitude
(bersyukur), dengan adanya gratitude terhadap hal-hal baik dalam
hidup akan meningkatkan kenangan-kenangan positif. Rasa syukur dapat menambah
kepuasan hidup adalah bahwa rasa ini menambah intensitas, kekerapan, maupun
kesan yang baik tentang masa lalu.
c. Forgiving and Forgetting (memaafkan
dan melupakan), perasaan seseorang mengenai masa lalu tergantung sepenuhnya
pada ingatan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk menghilangkan emosi
negatif mengenai masa lalu adalah dengan memaafkan. Dengan memaafkan dapat
memungkinkan tercapainya kepuasan hidup. Adapun melupakan disini bukan berarti
menghilangkan memori mengenai suatu hal, namun mengubah atau menghilangkan hal
yang menyakitkan.
2.
Kebahagiaan Pada Masa
Sekarang
Kebahagiaan
pada masa sekarang melibatkan dua hal:
a. Pleasures,
yaitu kesenangan yang memiliki komponen sensori dan emosional yang kuat,
sifatnya sementara dan melibatkan sedikit pemikiran. Pleasures
terbagi menjadi dua, yaitu body pleasures yang didapat melalui
indera atau sensori, dan higher pleasures
yang didapat melalui aktifitas yang lebih kompleks.
b. Gratification,
yaitu kegiatan yang sangat disukai oleh seseorang namun selalu melibatkan
perasaan tertentu, dan durasinya lebih lama dibandingkan dengan pleasures. Kegiatan yang umumnya
memunculkan gratifikasi umumnya memiliki komponen seperti menantang,
membutuhkan ketrampilan dan konsentrasi, bertujuan, ada umpan balik langsung,
pelaku tenggelam di dalamnya, ada pengendalian, kesadaran diri pupus, dan waktu
seolah berhenti. Seligman menekankan gratifikasi tidak muncul setelah melakukan
aktifitas yang menyenangkan, namun muncul saat individu telah menggunakan
kekuatan (strengh) dan keutamaan (virtue) saat melakukan aktifitas
tersebut
3. Optimisme
Terhadap Masa Depan
Emosi
positif mengenai masa depan mencakup keyakinan, kepercayaan, kepastian, harapan
dan optimisme. Optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik
dalam menghadapi depresi tatkala musibah melanda.
Orang pesimis memikirkan hal-hal buruk dengan kata “selalu” dan “tidak pernah”. Mereka mudah menyerah dan percaya bahwa penyebab kejadian buruk yang menimpa mereka bersifat permanen, kejadian itu akan terus berlangsung selalu hadir mempengaruhi hidup mereka. Sedangkan orang optimis memikirkan hal-hal buruk dalam istilah “kadang-kadang”, dan “akhir-akhir ini”, lebih mengarah pada penyebab kejadian buruk itu bersifat sementara. Orang optimis jika dihadapkan pada kesulitan, mereka memandangnya sebagai tantangan dan berusaha lebih keras. Mereka juga percaya bahwa kekalahan tersebut bukan karena kesalahan mereka, melainkan karena keadaan atau lingkungan. Hal ini bukan berarti tidak pernah merasa bersalah atau egois, namun mereka memiliki kemampuan untuk membangkitkan diri sendiri dengan mengedepankan hal-hal positif yang dimiliki.
Kebahagiaan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor menurut Mustofa (2008), yaitu:
a.
Kekayaan
Kekayaan berasal dari banyaknya harta yang
dimiliki, sehingga mampu memenuhi kebutuhan materi dan kepuasan diri.
b.
Jabatan
Jabatan merupakan posisi stata sosial yang
mampu meningkatkan kewibawaan dan pandangan lebih dari orang lain.
c.
Prestasi
Prestasi di bidang tertentu dapat menumbuhkan
semangat baru dan dapat meningkatkan rasa percaya diri.
d.
Penerimaan
positif oleh lingkungan
Penerimaan yang positif oleh lingkungan dapat
memberikan tempat dan posisi yang baik untuk individu.
Biswas, R., Diener, & Dean, B.
2007. Positive Psychology Coaching :
Putting the Science of Happiness to Work for your Clients. John Wiley &
Sons, In
Carr, A. 2004. Positive
Psychology : The Science of Happiness and Human Strengths. Hove &
NewYork : Brunner – Routledge Taylor & Francis Group
Indriana,
Yeniar. 2012. Gerontologi & Progeria. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Santrock, J. W. 2002. Life
Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid II (edisi kelima). Jakarta :
Erlangga.
Santrock, J.W., (2007). Child
Development. 11th edition. Boston: Mc. Graw Hill.
0 komentar:
Posting Komentar