Self Control
1. Definisi Terapi Self
Control
Konsep
diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan
antara keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi
yang telah mereka capai. Sedangkan menurut Calhoun dan acocella yang dikutib
oleh M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, bahwa self control itu berarti
kontrol diri sebagai pengaturan proses fisik, psikologis, dan perilaku
seseorang, dengan kata lain proses yang membentuk kepribadian dirinya. Suatu
kemampuan untuk menyusun, mengatur dan membimbing serta mengarahkan bentuk
perilaku yang membawa individu kearah konsekuensi positif. Synder dan Gangestad
(1986) juga berpendapat sebagaimana yang dikutib oleh M. Nur Ghufron & Rini
Risnawita bahwa konsep mengenai kontrol diri secara langsung sangat relevan
untuk melihat hubungan antara pribadi dengan masyarakat sekitar dalam hal
mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam hal
bersikap.[1]
Self
control adalah
kemampuan individu untuk menahan keinginan yang bertentangan dengan tingkah
laku yang tidak sesuai dengan norma sosial. Pengendalian diri merupakan
seperangkat tingkah laku yang memfokuskan pada keberhasilan mengubah diri
pribadi, perasaan yang mampu pada diri sendiri, atau bebas dari pengaruh orang
lain.[2]
Seseorang
dengan kontrol diri tinggi akan sangat memperhatikan cara yang tepat untuk
berperilaku dalam situasi yang berfariasi. Ketika berinterasi dengan orang lain
seseorang akan berusaha menampilkan perilakunya yang dianggap paling tepat
untuk dirinya, kontrol diri diperlukan untuk membantu individu dalam mengatasi
kemampuannya yang terbatas dan mengatasi berbagai hal merugikan yang bisa saja
terjadi berasal dari luar. Kontrol diri sendiri berkaitan dengan bagaimana
individu mengendalikan emosi, pengendalian emosi sendiri mengarahkan energi
emosi ke saluran ekspresi yang dapat diterima secara sosial dan bermanfaat.[3]
2. Faktor yang
Mempengaruhi Self Control
Kontrol
diri sendiri diakibatkan oleh beberapa faktor, secara garis besar faktor yang
mempengaruhi kontrol diri karena faktor internal (dari diri individu) dan
faktor eksternal (lingkungan individu).
a.
Faktor
internal
Faktor
internal yang ikut andil pada self control yaitu usia, dimana seseorang
apabila semakin bertambah usianya, maka semakin baik kemampuan mengontrol
dirinya.
b.
Faktor
eksternal
Faktor
eksternal ini diperoleh dari berbagai lingkungan keluarga. Lingkungan dari
orang tua juga dapat menentuakan bagaimana kemampuan self control diri
seseorang. Pelajaran disiplin yang diberikan orang tua sejak kecil cenderung
diikuti oleh tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Orang tua menerapkan sikap
disipplin kepada anaknya secara intens sejak masih kecil, dan orang tua tetap
konsisten terhadap konsekuensi yang dilakukan anaknya apabila melakukan
perilaku menyimpang dari yang sudah ditetapkan. Maka sikap konsisten ini akan
tertanam pada diri seorang anak. Dikemudian menjadi self control baginya.[4]
3. Jenis dan Aspek Self
Control
Self
control sendiri
mempunyai beberapa jenis diantaranya kontrol perilaku, kontrol kognitf dan
kontrol keputusan
a.
Kontrol
perilaku (Behavior control) Kontrol perilaku ini merupakan tersedianya
kesiapan respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu
keadaan yang tidak menyenangkan. Kontrol perilaku ini dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu: mengatur pelaksanaan dan mengatur kemampuan memodifikasi
stimulus, kemampuan yang mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan diri individu
untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan.
b.
Kontrol
kognitif (congtif control) Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu
dalam hal mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara
menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu
kerangka kognitif sebagai adaptasi mengurangi tekanan.
c.
Mengontrol
keputusan (Decesional control) Mengontrol keputusan merupakan sebagian
kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujui, kontrol diri dalam menentukan pilihan
akan berfungsi dengan adanya suatu kesempatan, atau kemungkinan pada diri
individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Dari uraian dan penjelasan diatas, maka
untuk mengukur kontrol diri seorang individu biasanya digunakan aspek-aspek
seperti berikut:
a.
Kemempuan
mengontrol stimulus
b.
Kemampuan
mengontrol prilaku
c.
Kemampuan
menafsirkan peristiwa atau kejadian
d.
Kemampuan
mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
e.
Kemampuan
mengambil keputusan.[5]
4. Fungsi Pembentukan
Self Control
Pembentukan
self control dapat dipengaruhi oleh faktor genetic dan miliu. Anak yang
dari keturunan impulsif akan mempunyai kecenderungan berperilaku impulsif.
Perkembangan self control antara lain perilaku orang tua yang diamati oleh
anak. Gaya mengasuh termasuk aspek bu daya. Usia juga termasuk bisa
mempengaruhi kondisi kontrol diri pada anak. Anak-anak sendiri cenderung lebih
impulsif dibandingkan dengan anak yang lebih dewasa, artinya dengan
bertambahnya usia anak maka bertambah pula kemampuan mengendalikan diri semakin
baik. pembentukan self control sendiri sudah dimulai sejak usia
anak-anak, ketika anak masih dalam buaian orang tua. Dalam hal ini orang tua
menjadi pembentuk pertama self control pada anak. Cara orang tua
mendisiplin, cara orang tua merespon kegagalan anak, cara berkomunikasi, cara
orang tua mengekspresikan kemarahannya (penuh tekanan emosi atau mampu menahan
amarahnya) merupakan awal anak belajar tentang kontrol diri.
Messina
dan Messin mengemukakan fungsi dari self control sebagai berikut:
a.
Membatasi
untuk bertingkah laku negatif
b.
Membatasi
perhatian individu pada orang lain
c.
Membatasi
keinginan untuk mengendalikan orang lain dilingkungannya
d.
Membantu
memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang
Sedangkan
surya (2009) yang mengutip dari buku Lilik Sriyanti, bahwa memberi pendapat
fungsi self control adalah mengatur kekuatan dorongan yang menjadikan
tingkat kesanggupan, keyakinan, keinginan, keberanian dan juga emosi yang ada
dalam diri sorang individu. Self control sangat diperlukan agar
seseorang tidak terlibat dalam pelanggaran norma keluarga, sewkolah dan
masyarakat.[6]
[1] M. Nur Ghufron & Rini Risnawita
S, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm 22
[2] Lilik Sriyanti, “Pembentukan
Self Control dalam Perspektif Nilai Multikultural”, Vol. 4, No. 1, (Juni
2012), hal 69
[3] M. Nur Ghufron & Rini Risnawita
S, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm 23
[4] Ibid., hlm. 32
[5] Ibid.,
hlm 29
[6] Lilik Sriyanti, “Pembentukan
Self Control dalam Perspektif Nilai Multikultural”, Vol. 4, No. 1, (Juni
2012), hal 69
0 komentar:
Posting Komentar