Kamis, 14 Mei 2020

1.      Pengertian Happiness

        Kebahagiaan adalah istilah umum yang menunjukkan kenikmatan atau kepuasan yang menyenangkan dalam kesejahteraan, keamanan, atau pemenuhan keinginan. Kebahagiaan merupakan tujuan utama dalam kehidupan manusia. Jika seseorang gagal mendapatkan kebahagiaan, maka hidup ini akan menjadi suatu pengalaman yang menyedihkan. Kebahagiaan adalah rasa puas, tenang, ketentraman batin, dan tidak adanya ketegangan. Kebahagiaan bukan semata-mata suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan, tetapi juga suatu kondisi yang meningkatkan kualitas hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi-potensi seseorang. Suatu perasaan bahagia merupakan bukti keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Kebahagiaan merupakan prestasi yang paling hebat (Indriana, 2012).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebahagiaan adalah kesenangan dan ketentraman hidup yang tidak hanya secara lahir saja tetapi juga secara batin. Bahagia juga diartikan sebagai keberuntungan dan kemujuran.

Menurut Diener (Diponegoro, 2013) kebahagiaan mempunyai istilah ilmiah yakni kesejahteraan subyektif. Menurut Diener definisi dari kesejahteraan subyektif yakni evaluasi afektif dan kognitif mengenai kehidupan. Evaluasi afektif yakni banyak tidaknya afek positif dan afek negative yang dirasakan, sedangkan evaluasi kognitif orang bahagia berupa kepuasan hidup yang tinggi.

Kebahagiaan menurut Mustofa (2008) yaitu kesenangan, kesukaan, dan kepuasan hati mengenai segala peristiwa yang telah terjadi. Menurut Carr (2004) kebahagiaan bergantung pada kepuasan evaluasi kognitif meliputi kehidupan keluarga, pekerjaan, pengaturan, dan pengalaman afektif.

Seligman (2005) mengatakan bahwa pada umumnya kebahagiaan mengacu kepada emosi positif yang dirasakan dan aktivitas positif yang disukai individu. Kebahagiaan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yakni pemicu yang berasal dari luar diri, meliputi agama, pernikahan dan kehidupan sosial yang memuaskan. Faktor internal yakni pemicu yang berasal dari dalam diri, seperti perasaan bahagia yang ditandai dengan adanya keadaan emosi positif masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Emosi positif masa lalu meliputi perasaan bangga, puas dan tenang. Emosi positif pada masa sekarang meliputi semangat, riang, gembira, ceria pada aktifitas yang disukai. Sedangkan emosi positif pada masa depan meliputi optimis, keyakinan, harapan, kepercayaan.

Kebahagiaan dalam perspektif islam menurut Al-Ghazali dalam kitab Kimiya al-Sa;adah, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma’rifatullah, telah mengenal Allah. Kemudian dalam kitab tersebut Al-Ghazali juga menyatakan:

Sesungguhnya kenikmatan dan kebahagiaan bagi manusia itu adalah ma’rifatullah. Ketahuilah bahagia pada sesuatu adalah bila merasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya, karena rasa tersebut adalah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) adalah melihat ada rupa yang indah, kenikmatan telinga apabila mendengar suara yang merdu, demikian juga segala anggota yang lain dan tubuh manusia (Sholihah, 2016).

Adapun kenikmatan hati menurut Al-Ghazali yaitu ma’rifat kepada Allah, karena hati diciptakan sejatinya untuk mengingat Tuhan. Seseorang rakyat jelata akan sangat gembira apabila dapat berkenalan dengan seseorang pejabat tinggi atau menteri lalu kegembiraan itu akan naik berlipat-lipat apabila ia bisa berkenalan dengan yang lebih tinggi yaitu presiden atau raja. Oleh karena itu, tentu dengan mengenal Allah adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari yang dibayangkan manusia, kerena tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Sehingga tidak ada ma’rifat yang lebih lezat daripada ma’rifatullah (Sholihah, 2016).

Dengan demikian menurut perspektif al-Ghazali, kebahagiaan itu terpilih menjadi kebahagiaan hakiki yaitu akhirat dan kebahagiaan perlambang atau majazi, yaitu kebahagiaan di dunia dan bahkan ada kebahagiaan yang salah. Selain itu kriteria orang yang bahagia menurut Al-Ghazali adalah seseorang yang dalam dirinya telah dikuasai cinta hanya kepada Allah. Karena apabila hatinya telah dikuasai cinta kepada Allah maka akan menghirup lebih banyak kebahagiaan dari penampakan-Nya dibanding dengan orang yang tidak mencintai Allah.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah suatu hal yang berkaitan dengan emosi dan aktifitas positif yang digemari oleh individu, hal ini mengacu pada teori Seligman (2005).

2.      Aspek-aspek Happiness

Berikut komponen happiness yang dikemukakan oleh Seligman (2005) yakni sebagai berikut:

a.       Emosi positif mengenai masa lalu

Emosi positif mengenai masa lalu ialah tentang kebanggaan, kelegaan, kepuasan, kesuksesan, dan kedamaian. Kurangnya pemahaman mengenai peristiwa di masa lalu akan menyebabkan turunnya tingkat kelegaan, kepuasan, dan ketenangan seseorang.

b.      Emosi positif mengenai masa sekarang

Beberapa keadaan yang berbeda tentang masa lalu dan masa depan mengenai emosi positif masa sekarang, yakni:

1.      Kenikmatan

Kenikmatan yakni kesukaan yang ada hubungannya dengan indra manusia yang jelas dan disertai emosi yang kuat, yang biasa disebuti oleh para filsuf sebagai “perasaan dasar” (raw feels): ekstase, gairah, orgasme, rasa senang, dan nyaman.

2.      Gratifikasi

Gratifikasi berawal dari aktifitas yang sangat di senangi, tetapi tidak serta merta disertai perasaan dasar. Gratifikasi membuat seseorang terlibat secara menyeluruh sehingga perhatian terhadap sekitar berkurang. Membaca buku bagus, mendengarkan music, menikmati percakapan yang bermanfaat dan menyenangkan ialah beberapa contoh aktifitas yang seakan menghentikan waktu bagi seseorang. Gratifikasi melibatkan banyak sekali pemikiran dan interpretasi serta bertahan lebih lama dari sekedar kenikmatan.

c.       Emosi positif mengenai masa depan

Emosi positif mengenai masa depan meliputi harapan, kepastian, kepercayaan, keyakinan, juga optimisme. Optimisme dan harapan memberi kekuatan dalam menghadapi depresi ketika kondisi sedang buruk, meningkatkan kinerja, dan dapat menjadikan kesehatan fisik semakin baik.

Menurut Hills & Argyle dalam Tia Safira (2016), kebahagiaan memiliki tujuh aspek yaitu sebagai berikut:

1.      Merasakan kepuasan terhadap hidup yang dijalani

Kepuasan hidup adalah suatu kondisi yang bersifat khas pada orang lain yang memiliki semangat hidup dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan berbagai perubahan kondisi di dalam diri maupun kondisi lingkungannya.

2.      Sikap ramah dalam lingkungan sosial

Seseorang bisa bersikap baik dalam tatanan norma masyarakat sehingga akan terwujud suatu keakraban dan keharmonisan sosial yang melahirkan efek positif bagi lingkungan.

3.      Mempunyai sikap empati

Empati merupakan suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkat arti perasaan tersebut kemudia menunjukkannya ke dalam perilaku bahwa individu tersebut sungguh-sungguh memahami perasaan orang lain, selain itu empati mengomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat.

4.      Memiliki pola pikir yang positif

Pikiran positif akan menimbulkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan.

5.      Merasakan kesejahteraan dalam hidup

Kesejahteraan hidup dapat dirasakan ketika seseorang mampu menerima keadaan dirinya serta lingkungan sekitarnya sehingga dapat merasakan afek positif berupa kepuasan yang dapat mengarah kepada kebahagiaan.

6.      Bersikap riang dan ceria

Kondisi emosi seseorang yang memunculkan suka cita dan kesenangan hati akan sesuatu yang telah dijalani dalam hidupnya.

7.      Memiliki harga diri yang positif

Harga diri yaitu penilaian positif atau negatif yang dihubungkan dengan konsep diri seseorang. Individu yang memiliki harga diri yang positif tentunya akan lebih dapat merasakan kebahagiaan daripada individu yang memiliki harga diri yang negatif.

Aspek-aspek happiness yang dikemukakan oleh Carr (2004):

a.       Aspek Afektif

Aspek afektif mewakili pikiran-pikiran positif dan pengalaman emosional seseorang seperti rasa riang, senang dan berbagai emosi positif lainnya.

b.      Aspek Kognitif

Aspek kognitif mewakili evaluasi kognitif dan kepuasan terhadap berbagai domain dalam kehidupan.

Menurut Myers (1995) terdapat empat aspek kebahagiaan yaitu:

a.       Menghargai Diri Sendiri

Menghargai diri sendiri adalah kecenderungan individu untuk menyukai dirinya sendiri dengan menyetujui pernyataan.

b.      Optimis

Optimis adalah kepercayaan untuk berhasil saat melakukan sesuatu yang baru, sehingga cenderung lebih sukses, sehat, dan bahagia. Individu yang optimis menyetujui pernyataan.

c.       Terbuka

Individu yang tergolong extrovert cenderung lebih terbuka terhadap orang lain serta lebih mudah bersosialisasi dibandingkan orang-orang yang tergolong introvert sehingga lebih merasa bahagia.

d.      Mampu Mengendalikan Diri

Mengendalikan diri adalah kontrol individu terhadap diri sendiri sehingga lebih mampu memahami kelebihan di dalam diri yang membuatnya menjadi lebih berdaya.

Berdasarkan beberapa aspek yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti memutuskan menggunakan aspek Seligman (2005) tentang kebahagiaan yang ditunjukkan dengan emosi positif pada masai lalu, emosi positif pada masa sekarang dan emosi positif pada masa depan. Hal ini berdasar pada aspek kebahagiaan yang ditawarkan Seligman (2005) lebih sesuai dan mudah dipahami dengan focus pembahasan dalam penelitian ini.

3.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Happiness

     Seligman (2005) dalam buku yang berjudul “Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan Dengan Psikologi Positif membedakan kebahagiaan yang bersifat sementara dengan kebahagiaan yang menetap. Ia menyatakan bahwa kebahagiaan yang menetap merupakan hasil kontribusi dari lingkungan (circumstance) dan faktor-faktor yang berada di bawah pengendalian diri seseorang (voluntary control) seseorang.

a.      Lingkungaan (circumstance)

Seligman (2005) memberikan delapan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang, namun tidak semua memiliki pengaruh yang besar terhadap kebahagiaan. Berikut ini adalah penjabaran dari faktor-faktor lingkungan yang berkontribusi terhadap kebahagiaan seseorang menurut Seligman (2005), diantara lain adalah:

Beberapa faktor yang mempengaruhi happiness individu (Seligman, 2005):

a.       Uang

Di negara-negara yang sangat miskin, yang dimana kemiskinan dapat mengancam nyawa, memang kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun, di negara yang lebih makmur, tempat hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebutuhan pribadi. Individu yang menempatkan uang di atas goal (tujuan) yang lainnya juga akan cenderung menjadi kurang puas dengan pemasukan dan kehidupannya secara keseluruhan (Seligman, 2005).

b.      Pernikahan

Pernikahan sangat berhubungan dengan kebahagiaan, Pernikahan memiliki dampak yang jauh lebih besar dibanding uang dalam mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Seseorang yang menikah cenderung lebih bahagia dari mereka yang tidak menikah, namun jika pasangan merasa tidak bahagia dalam rumah tangganya, mereka memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dibanding mereka yang bahkan tidak menikah. Lebih bahagianya individu yang telah menikah bisa karena pernikahan menyediakan keintiman psikologis dan fisik, konteks untuk memiliki anak, membangun rumah tangga, dan mengafirmasi identitas, serta peran sosial sebagai orang tua.

c.       Kehidupan Sosial

Individu yang memiliki tingkat kebahagiaan tinggi umumnya memiliki kehidupan sosial yang memuaskan dan menghabiskan banyak waktu bersosialisasi. Orang yang sangat bahagia paling sedikit menghabiskan waktu sendirian. Sehingga keikutsertaan seseorang dalam aktivitas yang membuatnya bertemu dengan banyak teman akan berkontribusi positif terhadap kebahgiaan.

d.      Emosi Positif

Penelitian yang dilakukan oleh Norman Bradburn (1969) diketahui bahwa individu yang mengalami banyak emosi negatif akan mengalami lebih sedikit emosi positif, dan sebaliknya. (Seligman, 2005) hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dengan emosi negatif. Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, maka dimungkinkan memiliki lebih sedikit emosi positif dibandingkan rata-rata. Meskipun demikian tidak berarti orang yang memiliki banyak emosi negatif akan tercampak dari kehidupan yang gembira. Demikian pula meskipun individu memiliki banyak emosi positif dalam hidup, tidak berarti individu tersebut sangat terlindung dari kepedihan.

e.       Usia

Studi mengenai kebahagiaan terhadap 60.000 orang dewasa di 40 negara membagi kebahagiaan dalam tiga komponen, afek menyenangkan, afek tidak menyenangkan, dan kepuasan hidup. Kepuasan hidup meningkat perlahan seiring dengan usia, afek menyenangkan menurun sedikit, dan afek tidak menyenangkan tidak berubah. Berdasarkan hasil tersebut, maka usia muda bukan berarti lebih bahagia dibanding dengan usia tua.

f.        Kesehatan

Kesehatan yang dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang adalah kesehatan yang dipersepsikan (kesehatan subjektif), bukan kesehatan yang sebetulnya dimiliki (kesehatan objektif). Masalah ringan dalam kesehatan tidak lantas membuat seseorang merasa tidak bahagia, tetapi sakit parahlah yang menyebabkannya.

g.      Agama

Seseorang yang religius cenderung lebih bahagia dan puas akan hidupnya dibanding dengan seseorang yang tidak religius. Agama mengisi umat manusia dengan harapan akan masa depan dan menciptakan makna kehidupan. Keterlibatan agama dikaitkan dengan gaya hidup sehat, baik secara fisik atau psikologis yang ditandai dengan kesetiaan dan perilaku altruistic prososial yang mana salah satu bentuk dari perilaku altruistic prososial ialah pemaafan.

h.      Pendidikan, iklim, ras, dan gender

Keempat hal ini memiliki pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Pendidikan mempunyai pengaruh yang sedikit terhadap kebahagiaan. Pendidikan dapat sedikit meningkatkan kebahagiaan pada mereka yang berpenghasilan rendah karena pendidikan merupakan sarana untuk mencapai pendapatan yang lebih baik. Iklim di daerah dimana seseorang tinggal dan ras juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebahagiaan. Sedangkan gender, antara pria dan wanita tidak terdapat perbedaan pada keadaan emosinya, namun ini karena wanita cenderung lebih bahagia dan lebih sedih dibandingkan pria.

b.      Faktor Yang Berada Di Bawah Pengendalian Diri Seseorang (voluntary control)

Menurut Seligman (2005) terdapat tiga faktor yang berada di bawah pengendalian diri seseorang (voluntary control) yang berkontribusi terhadap kebahagiaan, yaitu kepuasan terhadap masalalu, kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimisme terhadap masa depan. Ketiga hal tersebut tidak selalu dapat dirasakan secara bersamaan, seseorang bisa saja bangga dan puas terhadap masa lalunya namun merasa getir dan pesimis terhadap masa sekarang dan yang akan datang.

Faktor yang berada di bawah pengendalian diri seseorang (voluntary control) yang berkontribusi terhadap kebahagiaan berbeda dengan faktor lingkungan, dimana faktor ini merupakan hal-hal yang berada dalam kontrol secara sadar seseorang. Faktor ini terdiri atas kepuasan terhadap masa lalu, kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimisme terhadap masa depan, seperti halnya yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1.      Kepuasan Terhadap Masa Lalu

Kepuasan terhadap masa lalu dapat dicapai melalui tiga cara, yakni:

a.       Merubah pandangan masa lalu sebagai penentu masa depan seseorang. Misalnya, seorang lansia yang dulunya pernah mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan dalam kehidupannya.

b.      Gratitude (bersyukur), dengan adanya gratitude terhadap hal-hal baik dalam hidup akan meningkatkan kenangan-kenangan positif. Rasa syukur dapat menambah kepuasan hidup adalah bahwa rasa ini menambah intensitas, kekerapan, maupun kesan yang baik tentang masa lalu.

c.       Forgiving and Forgetting (memaafkan dan melupakan), perasaan seseorang mengenai masa lalu tergantung sepenuhnya pada ingatan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk menghilangkan emosi negatif mengenai masa lalu adalah dengan memaafkan. Dengan memaafkan dapat memungkinkan tercapainya kepuasan hidup. Adapun melupakan disini bukan berarti menghilangkan memori mengenai suatu hal, namun mengubah atau menghilangkan hal yang menyakitkan.

2.      Kebahagiaan Pada Masa Sekarang

Kebahagiaan pada masa sekarang melibatkan dua hal:

a.       Pleasures, yaitu kesenangan yang memiliki komponen sensori dan emosional yang kuat, sifatnya sementara dan melibatkan sedikit pemikiran. Pleasures terbagi menjadi dua, yaitu body pleasures yang didapat melalui indera atau sensori, dan higher pleasures yang didapat melalui aktifitas yang lebih kompleks.

b.      Gratification, yaitu kegiatan yang sangat disukai oleh seseorang namun selalu melibatkan perasaan tertentu, dan durasinya lebih lama dibandingkan dengan pleasures. Kegiatan yang umumnya memunculkan gratifikasi umumnya memiliki komponen seperti menantang, membutuhkan ketrampilan dan konsentrasi, bertujuan, ada umpan balik langsung, pelaku tenggelam di dalamnya, ada pengendalian, kesadaran diri pupus, dan waktu seolah berhenti. Seligman menekankan gratifikasi tidak muncul setelah melakukan aktifitas yang menyenangkan, namun muncul saat individu telah menggunakan kekuatan (strengh) dan keutamaan (virtue) saat melakukan aktifitas tersebut

3.      Optimisme Terhadap Masa Depan

Emosi positif mengenai masa depan mencakup keyakinan, kepercayaan, kepastian, harapan dan optimisme. Optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi tatkala musibah melanda.

   Orang pesimis memikirkan hal-hal buruk dengan kata “selalu” dan “tidak pernah”. Mereka mudah menyerah dan percaya bahwa penyebab kejadian buruk yang menimpa mereka bersifat permanen, kejadian itu akan terus berlangsung selalu hadir mempengaruhi hidup mereka. Sedangkan orang optimis memikirkan hal-hal buruk dalam istilah “kadang-kadang”, dan “akhir-akhir ini”, lebih mengarah pada penyebab kejadian buruk itu bersifat sementara. Orang optimis jika dihadapkan pada kesulitan, mereka memandangnya sebagai tantangan dan berusaha lebih keras. Mereka juga percaya bahwa kekalahan tersebut bukan karena kesalahan mereka, melainkan karena keadaan atau lingkungan. Hal ini bukan berarti tidak pernah merasa bersalah atau egois, namun mereka memiliki kemampuan untuk membangkitkan diri sendiri dengan mengedepankan hal-hal positif yang dimiliki.

Kebahagiaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Mustofa (2008), yaitu:

a.       Kekayaan

Kekayaan berasal dari banyaknya harta yang dimiliki, sehingga mampu memenuhi kebutuhan materi dan kepuasan diri.

b.      Jabatan

Jabatan merupakan posisi stata sosial yang mampu meningkatkan kewibawaan dan pandangan lebih dari orang lain.

c.       Prestasi

Prestasi di bidang tertentu dapat menumbuhkan semangat baru dan dapat meningkatkan rasa percaya diri.

d.      Penerimaan positif oleh lingkungan

Penerimaan yang positif oleh lingkungan dapat memberikan tempat dan posisi yang baik untuk individu.


DAFTAR PUSTAKA

Biswas, R., Diener, & Dean, B. 2007. Positive Psychology Coaching : Putting the Science of Happiness to Work for your Clients. John Wiley & Sons, In

Carr, A. 2004. Positive Psychology : The Science of Happiness and Human Strengths. Hove & NewYork : Brunner – Routledge Taylor & Francis Group

Indriana, Yeniar. 2012. Gerontologi & Progeria. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Santrock, J. W. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid II (edisi kelima). Jakarta : Erlangga.

Santrock, J.W., (2007). Child Development. 11th edition. Boston: Mc. Graw Hill.


0 komentar:

Posting Komentar