Senin, 27 Januari 2014

MACAM-MACAM PENELITIAN KUALITATIF

A.    MACAM-MACAM METODE PENELITIAN KUALITATIF
Dalam penelitian kualitatif ada lima ciri utama yang dimilikinya, meskipun pada kenyataannya dalam penelitian kualitatif tidak memperlihatkan semua ciri tersebut. Adapun lima ciri tersebut:
1.       penelitian kualitatif mempunyai setting alami sebagai sumber data langsung dan peneliti kebidanan adalah instrument utamanya
2.       penelitia kualittatif bersifat diskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata , gambar bukan angka-angka
3.       penelitian kualitatif lebih menekankan proses kerja , yang seluruh fenomena yang dihadapi diterjemahkan dalam kegiatan sehari-hari, terutama yang berkaitan langsung dengan kebidanan
4.       penelitian kualitatif cenderung menggunakan pendekatan induktif
5.       penelitian kualitatif memberi titik tekan pada makna, yaitu fokus penelaahan terpaut langsung dengan masalah kehidupan manusia.
Aplikasi metode kualitatif dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dilakukan dengan langkah-langkah yaitu merumuska masalah sebagai fokus penelitia kebidanan, mengumpulkan data lapangan, menganalisis data, merumuskan hasil studi, dan menyuusun rekomendasi untuk perbaikan kinerja dalam bidang ini

B. METODE-METODE PENELITAIAN KUALITATIF.
1.       Penelitian Fenomenologi Penelitian fenomenologi bersifat induktif. Pendekatan yang dipakai adalah deskriptif yang dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Fokus filsafat fenomenologi adalah pemahaman tentang respon atas kehadiran atau kebaradaan manusia, bukan sekedar pemahaman atas bagian-bagian yang spesifik atau prilaku khusus. Tujuan penelitian fenomenologikal adalah menjelaskan pengalama-pengalaman apa yang dialami seseorang dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain.Contoh penelitian fenomenologi atau study mengenai daur hidup masyarakat tradisional dilihat dari perspektif kebiasaan hidup sehat 
2.       Penelitian Teori Grounded
 penelitian grounded adalah tehnik penelitian induktif. Tekhnik ini pertama kali digagas oleh Strauss dan sayles pada tahun 1967.Pendekatan penelitian ini bermaslahat dalam menemukan problem-problem yang muncul dalam situasi kebidanan dan aplikasi proses-proses pribadi untuk menanganinya.Metodologi teori ini menekankan observasi dan mengembangkan basis praktik hubungan ”intuitif” antara variabel.Proses penelitian ini melibatkan formulasi,pengujian,dan pengembangan ulang proposisi selama penyusunan teori
3.       Penelitian Etnograf
Penelitian tipe ini berusaha memaparkan kisah kehidupan keseharian orang-orang yang dalam kerangka menjelaskan fenomena budaya itu, mereka menjadi bagian integral lainnya. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan deskriptif. Analisis data dilakukan untuk mengembangkan teori prilaku kultural.Dalam penelitian etnografi, peneliti secara aktuyal hidup atau menjadi bagian dari seting budaya dalam tatanan untuk mengumpulkan data secara sistematis dan holistik. Melalui penelitian ini perbedaan-perbedaan budaya dijelaskan, dibandingkan untuk menambah pemahaman atas dampak budaya pada perilaku atau kesehatan manusia.
4.       Penelitian Historis
Penelitian historis adalah penelitian yang dimaksudkan untuk merekonstruksi kondisi masa lampau secara objktif, sistematis dan akurat. Melalui penelitian ini, bukti-bukti dikumpulkan , dievaluasi, dianalisis dan disintesiskan. Selanjutnya, berdasarkan bukti-bukti itu dirumuskan kesimpulan. Adakalanya penelitian historis digunakan untuk menguji hipotesis tertentu.Misalnya,hipotesis mengenai dugaan adanya kesamaan antara sejarah perkembangan pendidikan dari satu negara yang mengalami hegemoni oleh penjajah yang sama.
Penelitian historis biasanya memperoleh data melalui catatan catatan artifak, atau laporan-laporan verbal. Ada beberapa ciri dominan penelitian histories

Secara lebih rinci Patton (1990 : 88) mengemukakan-penamaan-  macam-macam  penelitian kualitatif (Qualitative inquiry) berdasarkan tradisi teoritisnya  yang diuraikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1.
variety in qualitative Inquiry : Theoritical traditions
No
Perspektif
Akar Ilmu
Pertanyaan Utama
1
Ethnography
Anthropology
Apa kebudayaan masyarakat ini ?
2
Phenomenology
Philosophy
Apa struktur dan esensi pengalaman atas gejala-gejala ini bagi masyarakat tersebut?
3
Heuristics
Psikologi Humanistik                         
Apa pengalaman saya mengenai gejala-gejala ini dan apa pengalaman essensial bagi yang lain yang juga mengalami gejala ini secara intens ?
4
Ethnomethodology
Sosiology
Bagaimana orang memahami kegiatan sehari-hari mereka sehingga berprilaku dengan cara yang dapat diterima secara sosial ?
5
Symbolic interactionism
Psikologi sosial
Apa simbul dan pemahaman umum yang telah muncul dan memberikan makna bagi interaksi sosial masyarakat ?

6
Echological Psychology
Psikologi lingkungan
Bagaimana  orang-orang mencapai tujuan mereka melalui prilaku tertentu dalam lingkungan yang tertentu ?              
7
System theory
interdisipliner
Bagaimana  dan kenapa sistem ini berfungsi secara keseluruhan ?
8
Chaos theory: non -linier dynamics
Fisika teoritis : ilmu-ilmu alam
Apa yang mendasari keteraturan gejala-gejala yang tak teratur jika ada ?
9
Hermeneutics
Teologi, filsafat, kritik sastra
Apa kondisi-kondisi yang melahirkan prilaku atau produk yang dihasilkan yang memungkinkan penafsiran makna ?
10
Orientaional, qualitative
Ideologi, ekonomi politik
Bagimana perspektif ideologi seseorang berujud dalam suatu gejala ?

Dalam perkembangannya, belakangan ini nampaknya istilah penelitian kualitatif telah menjadi  istilah yang dominan dan baku, meskipun mengacu pada istilah yang berbeda dengan pemberian karakteristik yang   berbeda pula, namun bila dikaji lebih jauh semua itu lebih bersifat saling melengkapi/memperluas dalam suatu bingkai  metodologi penelitian kualitatif.
Oleh karena itu dalam wacana metodologi  penelitian, umumnya  diakui terdapat dua paradigma utama dalam metodologi  penelitian yakni paradigma positivist (penelitian kuantitatif) dan paradigma naturalistik (penelitian kualitatif), ada ahli yang memposisikannya secara diametral, namun ada juga yang mencoba menggabungkannya baik dalam makna integratif maupun bersifat komplementer, namun apapun kontroversi yang terjadi kedua jenis penelitian tersebut memiliki perbedaan-perbedaan baik dalam tataran filosofis/teoritis maupun   dalam tataran praktis pelaksanaan  penelitian, dan justru dengan perbedaan tersebut akan nampak kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga seorang peneliti akan dapat lebih mudah memilih metode yang akan diterapkan apakah metode kuantitatif atau metode kualitatif dengan memperhatikan obyek penelitian/masalah yang akan diteliti serta mengacu pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan.                                     
Meskipun dalam tataran praktis perbedaan antara keduanya seperti nampak sederhana dan hanya bersifat teknis, namun  secara esensial keduanya mempunyai landasan epistemologis/filosofis yang sangat berbeda. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham positivisme, sementara itu penelitian kualitatif  merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham naturalistik (fenomenologis).  Untuk lebih memahami landasan filosofis kedua paham tersebut, berikut ini akan diuraiakan secara ringkas kedua aliran faham tersebut.

1.1. Positivisme
Positivisme merupakan aliran filsafat yang dinisbahkan/ bersumber dari  pemikiran Auguste Comte seorang folosof  yang lahir di Montpellier Perancis pada tahun 1798, ia seorang yang sangat miskin, hidupnya banyak mengandalkan sumbangan dari murid dan teman-temannya antara lain  dari folosof inggeris John Stuart Mill (juga seorang akhli ekonomi), ia meninggal pada tahun 1857. meskipun demikian pemikiran-pemikirannya cukup berpengaruh yang dituangkan dalam tulisan-tulisannya antara lain Cours de Philosophie Positive (Kursus filsafat positif) dan Systeme de Politique Positive (Sistem politik positif).

1.2. Fenomenologi
Dalam faham fenomenologi sebagaimana diungkapkan oleh Husserl, bahwa kita harus kembali kepada benda-benda itu sendiri (zu den sachen selbst), obyek-obyek harus diberikan kesempatan  untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologis guna mencari hakekat gejala-gejala (Wessenchau). Husserl berpendapat bahwa kesadaran bukan bagian dari kenyataan  melainkan asal kenyataan, dia menolak bipolarisasi  antara kesadaran dan alam, antara subyek dan obyek, kesadaran tidak menemukan obyek-obyek, tapi obyek-obyek diciptakan oleh kesadaran.
Berkaitan dengan hakekat obyek-obyek, Husserl berpandapat bahwa untuk menangkap hakekat obyek-obyek diperlukan tiga macam reduksi guna menyingkirkan semua hal yang mengganggu dalam mencapai wessenchau yaitu:  Reduksi pertama. Menyingkirkan segala sesuatu yang subyektif, sikap kita harus obyektif, terbuka untuk gejala-gejala yang harus diajak bicara. Reduksi kedua. Menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang obyek yang diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan hipotesis yang sudah ada Reduksi ketiga. Menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan. Segala sesuatu yang sudah dikatakan orang lain harus, untuk sementara, dilupakan, kalau reduksi-reduksi ini  berhasil, maka gejala-gejala akan memperlihaaaatkan dirinya sendiri/dapat menjadi fenomin:
Dalam pandangan positivisme dari sudut ontologi meyakini bahwa realitas merupakan suatu yang tunggal dan dapat dipecah-pecah  untuk dipelajari/dipahami secara bebas, obyek yang diteliti bisa dieliminasikan dari obyek-obyek lainnya, sedangkan dalam pandangan fenomenologi kenyataan itu merupakan suatu yang utuh, oleh karena itu obyek harus dilihat dalam suatu konteks natural tidak dalam bentuk yang terfragmentasi.
Dari sudut epistemologi, positivisme mensyaratkan adanya dualisme antara subyek peneliti dengan obyek yang ditelitinya, pemilahan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh hasil yang obyektif, sementara itu dalam pandangan Fenomenologis subyek dan obyek tidak dapat dipisahkan dan aktif bersama dalam memahami berbagai gejala. Dari sudut aksiologi, positivisme mensyaratkan agar penelitian itu bebas nilai agar dicapai obyektivitas konsep-konsep dan hukum-hukum sehingga tingkat keberlakuannya bebas tempat dan waktu, sedangkan dalam pandangan fenomenologi penelitian itu terikat oleh nilai sehinggan hasil suatu penelitian harus dilihat sesuai konteks.


0 komentar:

Posting Komentar