Senin, 27 Januari 2014

PERKEMBANGAN DEWASA AWAL

1.1  Pengertian
Sudah diakui bahwa suatu perkembangan tidak terhenti pada waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia berkembang maka akan terjadi perubahan-perubahan yakni perkembangan-perkembangan yang dialami oleh individu tersebut.
Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi, yaitu proses dinamis pada masa dewasa bersama berjalan keadaan menjadi tua. (F.J. Monks.2006. hal 323-324)
Pengertian kedewasaan sebagai suatu fase dalam perkembangan jika dipandang dari beberapa segi sebenarnya kurang tepat. Dewasa dalam bahasa Belanda adalah “volwassen”, kata “vol” itu sendiri berarti penuh, sedangkan kata “wassen” bermakna tumbuh. Sehingga kata “volwassen” berarti sudah tumbuh dengan penuh atau selesai tumbuh.
Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Semakin bertambahnya fungsionalisasi bagian-bagian tubuh seseorang, maka seseorang tersebut juga akan mengalami proses pendewasaan diri. (Desmita. 2009. hal 4) 
Masa dewasa awal adalah masa yang dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Menurut Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik, transisi secara intelektual, serta transisi peran sosial. Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.(Elizabeth B. Hurlock. 1980. hal 245).

1.2  Konsep
-          Batasan Usia
Masa dewasa menurut beberapa ahli psikologi perkembangan dibagi tiga, yaitu: dewasa awal (18-40 tahun), masa madya (41-60 tahun), dan masa dewasa akhir disebut dengan usia lanjut pada rentang usia diatas 60 tahun.


1.3  Teori Perkembangan Dewasa Awal
·         Teori Perkembangan Mental
Para ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms (1995) mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu (1) Dimensi Pekembangan Kualitatif (Qualitatif Mental Dimensions), dan (2) Dimensi Perkembangan Mental Kuantitatif ( Quantitatif Mental Dimensions). (Dariyo, 2004, hal 56)
1.      Dimensi Perkembangan Kualitatif (Qualitatif Mental Dimensions)
Untuk mengetahui sejauh mana kualitas perkembangan mental yang dicapai seorang dewasa muda, perlu diperbandingkan dengan taraf mental yang dicapai individu yang berada pada tahap remaja atau anak-anak. Walaupun Piaget mengatakan bahwa remaja ataupun dewasa muda sama-sama berada pada tahap operasi formal, yang membedakan adalah bagaimana kemampuan individu dalam memecahkan suatu masalah. Artinya, Piaget percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa memiliki cara berfikir yang sama. Para pengkritik Piaget menunjukkan bahwa kesimpulan Piaget tersebut tidak dapat diterapkan pada kebudayaan- kebudayaan lain, sebab ditemukan banyak anak remaja ternyata tidak menggunakan pemikiran operasional formal. Bahkan sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa baru pada masa dewasalah individu menata pemikiran operasional formal mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistemantis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa. Ketika sejumlah orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan pemikiran operasional formal.  (Desmita, 2009, hal 238).
2.      Dimensi Mental Kuantitatif (Quantitatif Mental Dimensions)
Menurut Turner dan Helms (1995), biasanya untuk mengetahui kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf intelegensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini karena perbedaan faktor pendidikan ataupun status sosial ekonomi (status of econo-social).

·         Teori Perkembangan Kognitif
Warner Schaie berdasarkan Jean Piaget, mengemukakan tahap perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif tersebut dikaitkan dengan pekerjaan yang dialami individu semasa dewasa muda. Schaie membagi tahap perkembangan kognitif menjadi beberapa tahap, yaitu (1) Tahap menguasai pengetahuan dan keterampilan (acquisitive), (2) Tahap pencapaian prestasi (achieving stage), (3) Tahap tanggung jawab (responsibility stage), (4) Tahap eksekutif (executive stage), (5) Tahap reorganisasional (reorganisational stage), (6) Tahap reintegratif (reintegrative stage), (7) Tahap mencipta dalil-dalil hukum (legacy creating stage). (Dariyo, 2004, hal. 61).
Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini. (a) Shifting gears/ kemampuan mengaitkan penalaran abstrak. (b) Multiple causality, multiple solutions/ seorang individu mampu memahami suatu masalah tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors). (c) Pragmatism/ orang yang berpikir postformal biasanya bersikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. (d) Awareness of paradox/ seorang yang memasuki masa post-formal benar-benar menyadari bahwa seringkali ia menemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. (Dariyo, 2004, hal.57-58).

·         Teori Perkembangan Karir
Teori perkembangan dari pemilihan karir (developmental theory of career choice) adalah pandangan Eli Ginzberg yang meyebutkan bahwa individu melalui tiga fase pemilihan karir yakni fantasi, tentatif, dan realistik. Fase fantasi terjadi pada masa anak-anak karena pada masa tersebut biasanya anak-anak ketika ditanya jika sudah besar mau jadi apa, jawaban mereka bermacam-macam dan terkesan tidak konsisten seperti ingin menjadi guru, dokter, pahlawan, dll. Karena pada masa anak-anak, masa depan tampaknya memilki kesempatan yang tak terbatas. Fase tentatif adalah fase transisi dari fase fantasi pada masa anak-anak menuju pengambilan keputusan yang realistik pada masa dewasa muda. Ia percaya bahwa remaja mengalami kemajuan dari menilai minat mereka menjadi menilai kemampuan mereka sampai menilai nilai-nilai mereka. Pada fase realistik, individu mengeksplorasi lebih luas karir yang ada, kemudian memfokuskan diri pada karir tertentu dan akhirnya memilih pekerjaan tertentu, dalam karir tersebut (seperti praktisi keluarga atau ahli bedah tulang dalam karir dokter). (Santrock, 1995, hal.94).
Sementara itu, teori perkembangan karir menurut Donald Super, perkembangan pemilihan karir pekerjaan dibagi menjadi lima tahap, yaitu (1) Masa Kristalisasi (cristalization), (2) Spesifikasi (spesification), (3) Implementasi (implementation), (4) Stabilisasi (stabilization), dan (5) Konsolidasi (consolidation). (Dariyo, 2004, hal. 69).

·      Teori Perkembangan Psikososial
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini orang melibatkan diri secara khusus dalam karir, pernikahan, dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson (dalam Desmita, 2009, hal 242), perkembangan psikososial selama masa dewasa ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.
Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal, orang-orang telah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab, dilandasi rasa persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen ini sekalipun mereka mungkin harus berkorban untuk itu. Pada orang-orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama, dimana mereka saling berbagi hidup dengan seorang mitra yang intim. (Desmita, 2009, hal 243). Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagia teman berbagi suka duka. Ini berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan mendorong orang dewasa awal untuk mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang dicintai. (Desmita, 2009, hal 24).


1.4  Karakteristik Dewasa Awal
Dewasa awal ini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Dan berikut adalah karakteristik dari masa dewasa awal :

1.    Masa Dewasa Awal sebagai Masa Pengaturan
Pada generasi terdahulu berpandangan bahwa jika anak laki-laki dan perempuan mencapai usia dewasa secara syah, maka hari-hari kebebasan tiba untuk menerima tanggung jawab mereka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).

2.      Masa Dewasa Awal sebagai usia reproduktif
Orang tua (parenthood) merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Orang yang sudah menikah berperan sebagai orang tua saat usia sekitar 20-30 tahun, dan beberapa sudah menjadi kakek atau nenek sebelum masa dewasa berakhir. Masa dewasa merupakan “usia reproduktif” bagi yang cepat mempunyai anak dan menpunyai keluarga besar pada awal dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan masa reproduksi (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).

3.    Masa Dewasa Awal sebagai Masa Bermasalah
Dalam tahun-tahun pertama dewasa awal, banyak masalah baru yang harus dihadapi seseorang. Masalah baru-baru ini berbeda dengan masalah-masalah yang sudah pernah di alami sebelumnya. Anak-anak muda telah dihadapkan dengan banyak masalah dan mereka belum siap untuk menghadapinya. Penyesuaian diri terhadap masalah-masalah dewasa dini atau awal ini menjadi lebih intensif dengan diperpendeknya masa remaja, masa transisi menjadi dewasa sangat pendek sehingga anak-anak muda hampir tidak memiliki waktu untuk peralihan menjadai dewasa (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).
4.    Masa Dewasa Awal sebagai Masa Ketegangan Emosional
Manusaia yang hampir dewasa atau baru dewasa yang berada di ambang dunia pekerjaan orang dewasa, maka mungkin sekali ia mengalami kebingungan dan mengalami keresahan emosional(Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).

5.      Masa Dewasa Awal sebagai Masa Keterasingan Sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa yaitu karier, pernikahan, dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya masa remaja menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu ketrlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang. Sebagai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua semua orang muda, bahkan yang popular pun, akan mengalami keterpencilan social atau apa yang di sebut Erikson “krisi keterasingan” (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).

6.      Masa Dewasa Awal sebagai Masa Komitmen
Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang dewasa mengalami perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi orang dewasa yang mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru. Meskipun semua itu terkadang berubah, pola-pola ini yang akan membentuk pola hidup, tanggung jawab dan komitmen-komitmen dikemudian hari (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).

7.      Masa Dewasa Awal sering Merupakan Masa Ketergantungan
Meskipun telah resmi mencapai status dewasa padad usia 18 tahun, dan status ini memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang masih agak tergantung atau bahkan sangat tergantung pada orang lain selama jangka waktu yang berbeda-beda (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250). Seperti tergantung pada orang tua mereka, teman, guru dan yang lainnya. Di masa dewasa awal ini, seseorang merasa bahwa ada beberapa hal yang ia masih belum bisa kerjakan secara mandiri. Maka dari itu banyak oarng muda sangat tergantung dengan orang lain.

8.      Masa Dewasa Awal sebagai Masa Perubahan Nilai
Banyak nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda usia dan karena nilai-nilai itu kini dilihat dari kaca mata orang dewasa. Orang dewasa yang tadinya menganggap sekolah itu suatu kewajiban yang tidak berguna, kini sadar akan nilai pendidikan sebagai batu loncatan untuk meraih suatu keberhasilan social, karier, dan kepuasan pribadi. Akibat dari nilai-nilai yang berubah seperti itu, banyak orang dewasa yang semula putus sekolah atau universitas memutuskan untuk sekolah kembali dan belajar kembali menyelasaikan pendidikan mereka. Banyak yang merasakan kegiatan belajar sebagai perangsang semangat mereka, sehingga mereka mengikuti berbagai kursus setelah mereka tamat sekolah lanjutan atas maupun perguruan tinggi (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.251).

9.      Masa Dewasa Awal sebagai Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru
Masa dewasa awal / dini merupakan periode yang paling banyak menghadapi perubahan. Dalam masa dewasa ini gaya-gaya hidup paling baru menonjol di bidang perkawinan dan peran orang tua (E.B. Hurlock.1980.hal.251).

10.  Masa Dewasa Awal sebagai Masa Kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat ketika seseorang mulai tumbuh menjadi orang dewasa (dewasa awal / dini) ini tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan-keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreatifitasnya melalui hobi, ada yang menyalurkan pekerjaanya melalui hobi (E.B. Hurlock.1980.hal,252). 


1.5  Tugas Perkembangan Dewasa Awal
1.      Memilih pasangan hidup
2.      Menikah dan mempunyai keturunan
3.      Belajar hidup bersama sebagai suami istri
4.      Mulai hidup dalam satu keluarga
5.      Belajar mengasuh anak
6.      Mendidik anak hingga menjadi anak yang berbakti
7.      Memberikan nafkah pada keluarga
8.      Mengelola rumah tangga mulai bekerja atau  membangun karier
9.      Mulai bekerja, dan memperoleh penghasilan sendiri
10.  Menjaga kesehatan
11.  Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
12.  Mulai tanggung jawab sebagai warga Negara
13.  Banyak membaca untuk memperpanjang tingkat memori otaknya. (http://episentrum.com)

0 komentar:

Posting Komentar